Ketika CLBK Berujung Nestapa (4)
Hanya Seminggu-Dua Minggu Merasakan Bahagia
Sepeninggal Gondo, Rima menangis. Tanpa suara. Hanya tampak matanya basah, kemudian air mata itu menetes pelan-pelan ke pipi. Lastri membiarkan Rima larut dalam kesedihan. Hingga tuntas. Lastri juga tidak bisa banyak berbuat selain hanya mengelus punggung anaknya. “Sudah berapa lama ini terjadi?” tanya Lastri. “Sejak awal pernikahan kami,” kata Rima dengan kepala menunduk. Lastri mengelus jilbab Rima. “Ceritakan semuanya kepada Ibu,” pinta Lastri. Rima mengambil napas panjang. Menahannya, lantas perlahan menghempaskan seperti melepas beban yang mendera batinnya. Sambil melirik ibunya, Rima pun menceritakan semanya. Panjang lebar dari A sampai Z. Selain setiap bulan harus menyerahkan hasil usahanya mengelola perusahaan, ternyata Rima sama sekali tidak diperbolehkan memegang uang. Sepeser pun. Segala keperluan harus disampaikan ke Gondo, dan dialah yang memutuskan keperluan tersebut memang mendesak atau tidak. “Sampai sekarang, dia (Rima, red) tidak memiliki perhiasan sama sekali. Sekecil apa pun. Setiap hendak membeli cincin atau gelang, misalnya, Gondo selalu melarang. Uangnya diakui Gondo lebih baik ditabung untuk keperluan yang lebih mendesak,” kata Lastri, yang mengaku baru saja mengerti kenyataan itu dari pengakuan Rima. “Kapan kamu merasa berbahagia saat berada di samping Nak Gondo?” tanya Lastri. “Entahlah,” katanya kemudian. Singkat. Suasana hening. Tampaknya semua tenggelam dalam angan masing-masing. Ini terlihat dari gesture ibu dan anak yang tentu menyimpan pengalaman berbeda itu. “Mungkin hanya seminggu. Atau dua minggu. Ah… Yang jelas tidak lama. Setelah itu…,” Rima tidak melanjutkan kalimatnya. Kembali Lastri mengelus jilbab anaknya. Seolah ingin menyalurkan kekuatan kepada anak semata wayang amat dicintainya itu. Rima menoleh. Menatap mata sejuk ibunya. “Setelah itu aku tidak tahu apa yang terjadi. Remang. Kadang gelap.” Rima tampak memegang erat tangan ibunya. Tanpa sepengetahuan Rima, suatu saat Lastri mencoba berkonsultasi dengan ustaz saat mengikuti taklim. Menurutnya, Rima terkena guna-guna dan harus segera dibebaskan agar tidak menyebabkan penderitaan panjang. Hal itu menyebabkan Rima tidak bisa berpikir jernih. Segala olah pikir dan olah batinnya selalu kacau. Seperti teraduk-aduk. Ustaz itu berkeyakinan bahwa guna-guna tersebut atas kehendak Gondo dan ibunya. Ditambahkan bahwa Rima dan Lastri harus di-ruqyah agar bisa terbebas dari pengaruh buruk yang ditimpakan Gondo. Bila tidak demikian, pengaruhnya akan jauh lebih buruk. Sebelum semua terlambat. (jos, bersambung)Sumber: