Penanganan Sampah di Laut Libatkan Nelayan
Surabaya, memorandum.co.id - Laut kini menjadi rumah dari beragam jenis sampah yang berpindah dari daratan. Mulai dari sampah plastik, organik, tekstil, medis, hingga limbah beracun. Lebih dari 1000 ton sampah di dunia berakhir di laut. Di Indonesia sendiri, pada tahun yang sama jumlahnya mencapai setengah ton sampah. Program EcoRanger dari Greeneration Foundation menghadirkan solusi penanganan sampah laut dengan melibatkan garda terdepan pelindung laut yaitu para nelayan dalam proyek Fishing For Litter. Aksi nyata kolaboratif ini didukung sepenuhnya oleh Uni Eropa dan Pemerintah Jerman dalam proyek Rethinking Plastics: Circular Economy Solution to Marine Litter. Proyek ini merupakan aksi kolaboratif berbagai yayasan non-profit nasional dan internasional yang peduli lingkungan untuk selamatkan laut. Proyek ini dilaksanakan oleh GIZ di Indonesia. Untuk menyampaikan perkembangan proyek Rethinking Plastics, GIZ Indonesia mengadakan sebuah talkshow yang bertajuk Penanggulangan Sampah Laut Dari Sektor Perikanan Tangkap: Pembelajaran Dari Inisiatif Fishing For Litter” beberapa waktu lalu. Rofi Alhanif, sebagai Asisten Deputi Pengelolaan Sampah dan Limbah Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (KKP) mengungkapkan, bahwa salah satu yang penting dalam upaya penanganan sampah laut adalah penghitungan data sampah berdasarkan masing-masing sumbernya. “Data ini menjadi acuan pembuatan kebijakan hingga program implementasi. Kerja sama antar pemangku kepentingan, penyediaan sarana dan prasarana, dan edukasi masyarakat juga penting disiapkan untuk mengelola sampah dari aktivitas perikanan atau pelayaran,” ujar Rofi. Greeneration Foundation menyampaikan capaian program EcoRanger dalam melaksanakan Fishing For Litter (FFL). “Sebanyak 61 nelayan Dusun Pancer, Kabupaten Banyuwangi dilibatkan langsung selama 6 bulan untuk mengumpulkan sampah laut dan pesisir. Membanggakannya, para nelayan yang secara resmi telah membentuk 5 kelompok usaha bersama (KUB) berhasil mengumpulkan 13,56 ton sampah laut dan pesisir yang tiap hari dikumpulkan sembari menangkap ikan,” ujar Nur Almira Rahardyan selaku project leader EcoRanger. KUB yang telah memperoleh surat keterangan terdaftar (SKT) Dinas Perikanan Kabupaten Banyuwangi ini adalah Gurita Bahari, Mustika Selatan, Tleser Mania, Bintang Muda, dan Camar Laut. Selain mengumpulkan sampah, nelayan juga dibekali ilmu pengelolaan sampah dan lembaga. Ini dilakukan agar kelak, aksi ini tak terputus dan nelayan bisa mengelola KUB dan aksinya secara mandiri. Menyampaikan dampak dari kegiatan ini, Edi Purnomo selaku nelayan binaan FFL menyampaikan, “Semenjak adanya FFL, khususnya anggota Mustika Selatan lebih disiplin menyikapi sampah, minimal sampah yang kita hasilkan sendiri. Untuk perubahan di lingkungan sekitar, sampah mulai berkurang dan juga masyarakat sekitar mulai peduli dan mendukung kegiatan bersih-bersih yang kami lakukan,” ungkap dia. Fishing For Litter yang dilaksanakan di Banyuwangi telah sampai di akhir masa proyek. Diseminasi dilakukan di Pendopo Area Konservasi Cemara, Dusun Pancer pada tanggal 29 Maret 2022 untuk menyampaikan capaian proyek, memberikan apresiasi terhadap nelayan, dan menanam cemara laut bersama agar ekosistem pesisir pulih. Alief Rachman Kationo selaku Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Banyuwangi menyampaikan, meskipun telah berakhir, langkah nyata tak boleh berhenti sampai di sini. Seluruh pihak masih punya PR besar untuk mengurangi sampah laut sebanyak 70% di tahun 2025 yang sesuai target pemerintah. Untuk itu, berbagai aksi kolaborasi lanjutan masih sangat dibutuhkan. (udi)
Sumber: