Khofifah Kukuhkan Pengurus Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia
Surabaya, memorandum.co.id - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengukuhkan dewan pembina dan pengurus Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) masa bakti 2022-2027 di Hotel Best Western Papilio Surabaya. Kepada para pengurus yang dilantik, Gubernur Khofifah berpesan untuk memanfaatkan transformasi digital dalam proses produksi tanam , panen sampai ke pabrik gula penggilingan tebu. Dengan adanya sistem digital, kata dia, maka para petani dapat meningkatkan kualitas bibit tebu untuk ditanam, musim panen, hingga ke pabrik gula saat antrean penggilingan agar lebih produktif dan efisien. “Jadi digitilasi sistem ini memuat data apa saja yang bisa memberikan informasi kepada kita terkait produksi tebu ini. Kalau ini terkoneksi antara satu petani tebu dengan yang lain, maka akan memudahkan pemetaan dan pengaturan mulai cari bibit yang baik, kapan saat panen agar antrean saat penggilingan tidak terlalu lama, serta kadar rendemen gula yang transparan,” jelas orang nomor satu di Jatim. Selain memanfaatkan teknologi digital, Khofifah juga meminta APTRI melakukan koordinasi dan sinergi dengan PT. Perkebunan Nusantara (PTPN), serta dengan pabrik gula yang ada. Hal ini untuk menjalin kemitraan yang saling menguntungkan dan menguatkan. Utamanya, dalam penyediaan bahan baku tebu untuk pabrik gula. “Jadi pabrik gula ini juga sebagai industri pengolah hasil perkebunan. Jadi komunikasi dan koordinasi baik dengan pabrik gula maupun PTPN ini harus terjalin dengan baik. Sehingga segala masalah yang ada bisa dicarikan solusi dan komunikasi terbaik,” ujarnya. Menurut Khofifah, yang tidak kalah penting adalah para petani tebu juga harus melakukan koordinasi dengan beberapa instansi yang memiliki pusat penelitian untuk menghasilkan bibit tebu yang berkualitas terutama kadar rendemen. Rendemen tebu adalah kadar kandungan gula didalam batang tebu yang dinyatakan dengan persen. “Jadi bila bibitnya baik, berkualitas baik. Bongkar ratunnya terukur, maka tingkat rendemennya juga akan baik. Jadi ini harus dikoordinasikan dengan instansi terkait terutama soal bibit tebu,” terangnya. Lebih lanjut disampaikan mantan Mensos RI itu, sekitar 95% petani tebu di Jatim adalah petani rakyat. Artinya bahwa para petani rakyat tersebut bisa menjadi pengusaha di bidang bahan baku pergulaan. Untuk itu koordinasi dan sinkronisasi baik dari para petani tebu rakyat, APTRI, pabrik gula maupun PTPN ini harus terkonsolidasi dengan baik. “Sinergi ini tentunya untuk memberikan proteksi terhadap petani tebu. Misalnya jika petani tebu sedang panen, ya jangan digiling bersamaan dengan raw sugar yang diimpor. Ini harus dimanage dengan baik untuk memproteksi para petani tebu yang sebagian besar adalah petani rakyat,” ujar Khofifah. Sebagai informasi, pada 2021, produksi tebu di Jawa Timur mencapai 14.767.763 ton dan menghasilkan gula sebesar 1.087.415 ton. Jumlah produksi gula mencapai 46,25% dari keseluruhan produksi gula nasional. Hingga saat ini Provinsi Jawa Timur menjadi Provinsi penghasil gula tertinggi di Indonesia. Sementara itu, Ketua Dewan Pembina APTRI H. Arum Sabil mengatakan bahwa pelaksanaan munas dan pengukuhan pengurus APTRI dilakukan di Jatim karena di Jatim merupakan basis pabrik gula dan basis petani tebu. Luas perkebunan tebu di Jatim ini kurang lebih hampir mencapai 50 persen luas perkebunan tebu nasional. “Jatim barometer dan kunci kebangkitan gula nasional. Ke depan kami juga berharap agar swasembada gula di Indonesia ini benar-benar bisa terwujud,” pungkasnya. Dalam kesempatan ini turut dilakukan pengukuhan dewan Pembina dan pengurus APTRI masa bhakti 2022-2027. Adapun susunan diantaranya Ketua Dewan Pembina H. Arum Sabil, Ketua Dewan Kehormatan H. Abdul Wachid, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat H. Fatchuddin Rosyidi, Sekretaris Umum H. Sunardi Edi Sukamto, serta Bendahara Umum I Made Windu. Turut hadir Direktur Tanaman Semusim dan Rempah Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian RI Ardi Praptono, Direktur PTPN X Tuhubangun, Direktur PTPN XI Tulus Pandu Wijaya, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jatim Hadi Sulistyo, serta Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jatim Heru Suseno. (day)
Sumber: