Tumbuh Cinta di Tulungagung, CLKB di Kota Pahlawan (3)

Tumbuh Cinta di Tulungagung, CLKB di Kota Pahlawan (3)

Jadikan Adik Penyambung Cinta yang Lama Terpisah

    Ketika ber-sembah sungkem di awal kedatangan, tak ada sepatah kata pun keluar dari bibir bapak atau ibu mertua.  “Ini merupakan tamparan bagi saya,” kata Hana sambil mempermainkan ujung baju orange-nya. Sepintas dia lirik Memorandum. Tampak sebutir air mata mengembang di sudut matanya.  Memorandum yang mengajak Hana minum segelas es teh di samping gedung pengadilan disambutnya tanpa kata. Dia hanya mengiyakan isyarat tangan Memorandum. Di sini Hana ternyata mengungkapkan fakta baru yang benar-benar tak disangka. “Mira, adik perempuannya, dan suami Mira pernah mampir ke Solo Sepulang mereka dari Jogjakarta. Inilah awal masalah saya,” tutur Hana. Sejak kunjungan itu ibu mertuanya sering menanyakan keberadaan Mira ke Nanang, kirim salam kepadanya, bahkan menitipkan oleh-oleh. Hingga suatu hari, Nanang dengan serius membuka percakapan sedahsyat halilintar kepada Hana. “Kanjeng Ibu meminta saya menikahi Sari (nama samaran adik Mira, red),” Nanang membuka percakapan menjelang tengah malam, pada suatu hari. Rupanya selama ini Mira memang sengaja menyodorkan adiknya untuk dinikahi Nanang. Mereka sangat sering sowan ke Solo sebagai langkah pendekatan. Sebenarnya keanehan-keanehan sudah terjadi sejak itu. Misalnya, si ibu mertua sering memanggil pulang Nanang. Yang aneh, Nanang dilarang mengajak serta dirinya. Itu terjadi berkali-kali. Dan sepulang dari Solo, Nanang tak pernah berterus terang kepadanya mengapa disuruh pulang. Kalaupun menjawab, itu hanya singkat. Dikatakan bahwa  ada masalah keluarga yang membutuhkan kehadirannya. Karena itu, Hana sempat kaget kala diajak Nanang sowan ke Solo. Ada apa ini? Dengan hati berdebar Hana mendampingi suaminya. Yang mengagetkan, ternyata ibu mertuanya mendudukkan Hana dan Nanang secara khusus. Tanpa basa-basi, sang ibu mertu memberinya dua pilihan kepada Hana: mau dimadu dengan Sari atau diceraikan Nanang. Sebagai anggota keluarga bangsawan atau priyayi Solo, Nanang tidak mampu menolak. Ngendikane ibu ibarat sabdo panditaning ratu yang tak bisa dibantah. “Rupanya Mira ingin posisinya yang lepas dari Mas Nanang digantikan oleh Sari. Siapa sih yang tak ingin menjadi anggota keluarga besar keraton?” Yang disesalkan Hana, sama sekali tak ada perlawanan dari Nanang. Lelaki yang mulanya dirasakan teramat sangat mencintainya itu tiba-tiba berbalik arah pandang. Mira memang cantik dan tampak lembut. Ini terkesan dari foto yang sempat diperlihatkan Hana. “Lantas Mbak Hana memilih alternatif kedua?” tanya Memorandum. “Seperti yang Anda lihat sekarang. Mudah-mudahan prosesnya berjalan dengan lancar,” jawabnya. Ada sebentuk senyum di antara kedua pipinya. Lebih tepatnya bukan senyum, melainkan seringai. Ada fakta mengejutkan lain yang ditemukan Hana. Ternyata Mira tak hanya jadi mak comblang yang mempertemukan Nanang dan adiknya. Mira memanfaatkan posisinya yang dekat dengan Nanang untuk kembali meraih cinta lamanya. “Aku khawatir Sari hanya dijadikan alat untuk mendekatkan diri dengan Mas Nanang. Jujur aku pernah baca WA di HP Mas Nanang pasca beliau berkencan vs Mira. Jelas sekali WA itu. Tidak bisa menipu,” kata Hana. “Tapi biarlah, sebentar lagi aku sudah bukan siapa-siapa di antara mereka. Mau apa saja, silakan. Bukan urusanku,” tandas Hana. (habis)          

Sumber: