Dishub Terapkan Kajian Transportasi Air
SURABAYA - Dinas Perhubungan (Dishub) Surabaya akan menerapkan hasil kajian transportasi air yang dilakukan oleh tim peneliti Institut Sepuluh November (ITS) Surabaya. Sebab, hasil kajian sejak 2018 tersebut menyebutkan empat kawasan yang berpotensi dioperasikannya transportasi air. Inisiator ITS Kemitraan, Ali Yusa mengatakan, ada empat kawasan yang dapat dioperasikan untuk transportasi, yakni Kalimas, Jagir, Greges, dan Branjangan.“Keempat kawasan tersebut fungsinya berbeda-beda. Ada yang sebagai pariwisata, kendaraan umum, dan pengangkut barang,” kata Yusa di Graha ITS Surabaya, Rabu (9/10). Dia menjelaskan, secara prioritas Branjangan dan Greges untuk alur logistik dan bisa jadi permukiman. Sedangkan Kalimas dan Jagir diprioritaskan sebagai transportasi umum dan juga pariwisata untuk masyarakat. Meski digunakan transportasi umum, Yusa mengungkapkan, di Sungai Kalimas bisa digunakan pengangkut barang. Misalnya pengiriman sayur atau dagangan dari Keputran ke Pabean, atau sebaliknya.“Mungkin bisa ada kebijakan, untuk angkutan sayur ke pasar Keputran, turunnya di Wonokromo. Jadi tidak perlu lewat kota,”jelas dia. Dia mengatakan, kapal yang digunakan di sungai Surabaya adalah kapal katamaram. Terlebih ada ukuran jenis kapal yang akan dioperasikan di Surabaya. Yakni kapal berukuran 9 meter untuk jarak jauh, dan ukuran 13 meter untuk jarak pendek. “Rute jauh seperti Darmokali sampai Petekan. Sedangkan rute pendek seperti Darmo Kali sampai Keputran, Pasar Kayoon,” papar dia. Lebih jauh, dia menuturkan, kapal kecil tersebut bisa memuat 12 penumpang dan enam motor. Sedangkan untuk kapal besar bisa sampai 20 orang dengan 10 motor. Sedangkan untuk mengangkut barang, kapal kecil bisa memuat small container berukuran 20 feet. Dan kapal besar bisa memuat small container hingha 40 feet. Sementara, Kepala Dishub Surabaya, Irvan Wahyudrajad mengatakan, pihaknya sudah mempunyai master plan pengadaan transportasi air.“Mulai tahun ini pun kami sudah menyiapkan SDM-nya, yakni dengan memberikan pelatihan pada nelayan,”ujar Irvan. Selanjutnya Dishub Surabaya akan menindaklanjuti hambatan-hambatan dalam pengadaan transportasi air. Misalnya adanya bangunan-bangunan di tepi sungai, jembatan yang terlalu rendah dan lainnya, sesuai dengan master plan. Meski sudah ada gambaran, Irvan mengatakan master plan akan terus dikaji sesuai kondisi di lapangan. "Pastinya 2020 mendatang akan memulai pembangunan infrastrukturnya,” imbuh dia. Lebih lanjut, Irvan menambahkan, setelah melakukan pembangunan, Dishub Surabaya akan memetakan hasil kajian bersama ITS. Pihaknya akan menerapkan potensi-potensi angkutan yang sesuai dengan wilayah yang sudah ditentukan. Dia berharap pengadaan transportasi air ini segera terealisasikan. Sehingga pemkot bisa mengurai kemacetan di Surabaya. “Jadi untuk menangani angkutan di Surabaya ini butuh waktu 10 tahun. Tapi kami mengupayakan setiap tahunnya selalu ada progres dalam mengurangi kemacetan,”kata dia. Terkait anggaran, Irvan menyampaikan akan mengupayakan bekerjasama dengan corporate social responsibility (CSR). Jika tidak ada akan dianggarkan dalam APBD 2020. (alf/be)
Sumber: