Ayah Cecunguk, Pacar Kampret (5-habis)

Ayah Cecunguk, Pacar Kampret (5-habis)

Perempuan Simpanan Papa

Sepulang mengantarkan Endang, Qudori mendapati ayahnya dicecar pertanyaan sang ibu. Ayahnya diam seribu kata. Wajahnya pucat pasi. Qudori yang hendak masuk ruang keluarga, tempat ayah dan ibunya berbincang, surut ke belakang. Dia menggeser posisinya menyembunyikan diri di balik dinding penyekat. Dia ingin mendengarkan apa yang mereka perbincangkan. Dia menajamkan telinga mendengarkan. “Mengapa Papa ketakutan melihat gadis itu? Ada apa? Tolong Papa berkata jujur,” kata sang ibu. “Sorot mata Papa tidak bisa berbohong.” “Aku juga melihat hal yang sama pada mata gadis itu.” “Aku jujur, Ma. Aku memang sepertinya mengingat gadis itu. Dia pernah magang di kantor Papa. Tapi itu sudah lama,” kata Mukatam dengan kalimat tersendat-sendat. Cara bicaranya yang tidak los menandakan bahwa lelaki tersebut berkata tidak jujur. Ini sangat dipahami istrinya, yang sudah berpuluh-puluh tahun mendampingi Mukatam. Prang!!! Sebuah keramik guci antik yang pernah dibeli di Sichuan, Tiongkok, dan selalu dibanggakan Mukatam hancur berantakan karena beradu dengan kerasnya lantai. “Mama sengaja berbuat seperti ini agar anak kita tahu betapa bejat perbuatan ayahnya.” “Agar dia tahu bahwa bapaknya tidak lebih dari dagelan ketoprak. Pandai bicara tapi hatinya kosong. Penuh belatung.” “Maafkan aku, Ma. Aku berjanji ini yang terakhir. Beri aku kehormatan di depan anak kita. Aku malu, Ma.” Qudori tidak menyangka, lelaki yang sering dia agung-agungkan itu ternyata begitu rendah di mata mamanya. “Apa sih kesalahan yang pernah diperbuat Ayah?” pikir Qudori sambil pelan-pelan melangkah masuk ke ruang keluarga. “Apa sih yang Ayah perbuat?” tanya Qudori sambil menatap Mukatam. Ayahnya diam. Lelaki itu jatuh terduduk. Matanya seperti lekat dengan kotak-kotak keramik lantai. “Jelaskan!” teriak ibunda Qudori, “Jelaskan cepat!” “Endang adalah perempuan simpanan Papa,” kata Mukatam. Qudori menatap nanar papanya terduduk bersimpuh di pojok ruangan. Seperti tikus got basah kuyub manatap kucing di hadapannya yang siap menerkam. Pada saat yang sama dia membayangkan Endang tidur telentang disamping ayahnya dalam kodisi bugil seperti yang pernah sekilas dia lihat. Perlahan-lahan Qudori mengambil HP di sakunya dan menghapus nama Endang dari memori. Qudori kemudian menatap mamanya dan berkata lirih, “Besok saya antar Mama ke pengadilan agama. Aku tidak mau punya papa seperti dia. Ayah cecunguk, pacar kampret.” (jos, habis)  

Sumber: