Kau Masih Gadis atau Sudah Janda? (2)

Kau Masih Gadis atau Sudah Janda? (2)

Pasangan Serasi, Jadi Idola

Suatu saat Ba’i diajak orang tua sambang adiknya yang kuliah di perguruan tinggi Jombang. Saat itulah Ba’i diperkenalkan vs Endah, teman si adik. Tanpa banyak kendala dan keribetan, kedua keluarga sepakat menjodohkan Ba’i vs Endah. Dan tidak pakai lama, perjodohan segera diwujudkan dalam pernikahan yang sakral. Sebenarnya kedua keluarga menolak saat paman Ba’i yang bekerja di hotel berbintang di kawasan Mayjen Sungkono berniat merayakan pernikahan Ba’i -Endah secara besar-besaran. Tapi sang paman memaksa. Dia bahkan mengusung artis-aris ibu kota ke Surabaya. Kecantikan Endah dan kegantengan Ba’i menjadikan mereka sebagai idola baru di kedua keluarga. Setiap ada perkawinan sesudahnya, pasangan Ba’i dan Endah selalu dijadikan contoh. “Tirulah Mas Ba’i dan Mbak Endah. Klop. Ideal,” pesan para orang tua. Fakta ini diakui Endah menyematkan kebanggaan di hati. Di kalangan teman-teman, baik mantan teman pondok maupun di lingkungan tempat tinggal, tidak pernah ada yang berkata miring tentang mereka. Strata ekonomi tinggi juga menampatkan keduanya pada pergaulan sosial menengah ke atas. Walau demikian, Endah dan Ba’i tidak meninggalkan adat-adat ketimuran. Sopan. Hormat dan ngajeni terhadap orang yang lebih tua; sayang dan perhatian kepada orang yang lebih muda. Karakter seorang muslim melekat erat pada mereka. Selain rajin beribadah ke masjid, mereka rutin mengundang ustaz dan ustazah untuk memberikan tausiyah di rumah. Mengundang makan bersama dan menyantuni yatim piatu/kaun jompo tidak pula pernah ditinggalkan. Pendek kata, di mata masyarakat, pasangan Ba’i-Endah adalah karunia bagi mereka. Tapi, benarkah kenyataannya memang demikian? “Di mata orang-orang sekitar mereka memang iya. Demikian!” tegas Ikin. Tapi, lanjutnya, kenyataan yang dihadapi Endah sangat berbeda. Di mata wanita ini, Ba’i sangat jauh berbeda dibanding sosok suami yang semula dia angan-angankan. Ba’i memang tampak jantan, sayang dia tidak pernah membuktikan kejantanannya. Bukan tidak mau, namun memang tidak bisa. Sejak awal-awal menikah sampai Endah mengonsultasikan nasib perkawinannya kepada Ikik,  Endah tidak pernah disetuh Ba’i. Sekadar peluk cium saja nggak pernah, apalagi lebih dari itu. Hal ini sudah Endah ceritakan kepada ayah-ibunya, tapi tanggapan mereka terkesan amat meremehkan masalah ini. Endah hanya diminta bersabar. Alasan mereka, mungkin Ba’i sedang ada masalah atau apalah-apalah. Kalau memang ada sesuatu yang tidak semestinya, pasti ada sesuatu yang salah. Yang salah itulah yang harus dibenahi. (jos, bersambung)  

Sumber: