Bawa Celurit dan Petasan
SURABAYA - Polres Pelabuhan Tanjung Perak mengamankan sekitar 100 pelajar SMA dan SMP, yang hendak mengikuti demo di gedung DPRD Jawa Timur Jalan Indrapura. Polisi juga menyita sebilah celurit kecil dari pendemo, seorang siswa yang berasal dari Tuban. Para pelajar yang diamankan petugas, tidak hanya berasal dari Surabaya, melainkan berasal dari Sidoarjo, Gresik, Lamongan, dan Tuban. Hingga kini, siswa yang kedapatan membawa sajam masih dalam penyidikan polisi. Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak AKBP Antonius Agus Rahmanto mengatakan, mereka diamankan saat anggotanya melakukan operasi imbangan. Yakni melakukan penyisiran, penyekatan, razia, pemeriksaan terhadap para pelajar yang hendak demo di DPRD Jatim. Hasilnya petugas mengamankan sekitar 100 orang lebih, yang terdiri dari 60 SMA danĀ 30 pelajar SMP. "Mereka mayoritas berasal dari Surabaya, Tuban, Lamongan, Gresik, Sidoarjo, dan Surabaya," kata Agus. Dia sangat prihatin karena saat ditanya, mereka mengaku hendak berdemo sambil membawa tulisan yang seharusnya tidak pantas dibawa oleh seorang siswa. "Sebenarnya mereka bingung tulisan itu apa. Saat ditanya pokoknya demo pak," ucap Agus menirukan ucapan para pendemo pelajar. Petugas juga menggeledah tas para pelajar dan ditemukan sebilah sajam yang dibawa oleh siswa yang berasal dari Tuban. Agus mengatakan, langsung berkoordinasi dengan Polres Tuban terkait ini dan tentunya akan diproses secara hukum. Selain itu, petugas juga mengamankan siswa yang juga membawa petasan dengan daya ledak tinggi. Begitu juga sebuah kampak yang dilempar ke aparat. "Kami akan menindaklanjuti masalah pelajar pendemo juga dengan menghubungi orang tua masing-masing," imbuh Agus. Agus menambahkan, ini sebagian kecil yang bisa diamankan Polres Pelabuhan Tanjung Perak dan ke depan tidak ada siswa yang ikut demo. Kalau tidak mengerti apa yang disampaikan, mending belajar di rumah. Diimbau sebagai orang tua untuk menjaga anaknya masing-masing agar tidak ikut-ikutan demo. Para siswa yang diamankan, kata Agus, sebagian selesai dilakukan pendataan dijemput orang tuanya masing-masing. Saat melakukan razia, petugas melihat ada empat mahasiswa yang mengenakan almamater yang diduga menjadi provokator di antara para pelajar ini. Namun saat dirazia, mereka melarikan diri. "Jangan sampai terbawa arus. Para pelajar ini kebanyakan diajak melalui grup-grup whatsapp (WA) dan Facebook seperti di Jakarta. Apa yang di Jakarta belum tentu benar dan keren. Adik-adik ini malah menjadi korban," pungkas Agus. (rio/nov)
Sumber: