Pakar Gizi Unair: Gejala Stunting Bisa Disebabkan Kondisi Lingkungan yang Kurang Bersih

Pakar Gizi Unair: Gejala Stunting Bisa Disebabkan Kondisi Lingkungan yang Kurang Bersih

Surabaya, memorandum.co.id - Dr Siti Rahayu Nadhiroh SKM MKes, pakar gizi Universitas Airlangga (Unair) menjelaskan, stunting adalah kondisi ketika anak lebih pendek dibandingkan anak-anak lain seusianya, atau dengan kata lain, tinggi badan anak berada di bawah standar. Standar yang dipakai sebagai acuan adalah kurva pertumbuhan yang dibuat oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). “Jadi pertumbuhan tinggi badannya itu tidak optimal, dan lebih pendek dari anak seumurannya. Jika ini tak segera ditangani, selain berdampak pada tinggi badan juga perkembangan otak akan terhambat. Dikhawatirkan saat masa sekolah, si anak kurang optimal. Lalu menginjak dewasa, tidak bisa produktif,” katanya, Kamis (23/12/2021). Menurut Rahayu, tingginya angka stunting di Kota Surabaya, yang tembus 1.785 anak, disebabkan banyak faktor. Salah satunya disebabkan oleh masalah pada saat kehamilan, melahirkan, menyusui, atau setelahnya, seperti pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang tidak mencukupi asupan nutrisi. Selain nutrisi yang buruk, stunting juga bisa disebabkan oleh kebersihan lingkungan yang buruk, sehingga anak sering terkena infeksi. “Ada banyak faktor dan rangkaiannya. Bisa itu terkait dengan keadaan ekonomi, lalu pola asuh yang kurang baik juga ikut berkontribusi atas terjadinya stunting. Buruknya pola asuh orang tua sering kali disebabkan oleh kondisi ibu yang masih terlalu muda, atau jarak antar kehamilan terlalu dekat,” terang dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair ini. Di Surabaya, kota metropolis terbesar kedua di Indonesia, diperkirakan masih banyak lingkungan yang kurang sehat. Sehingga anak-anak mudah terserang penyakit. Hal tersebut bisa berakibat pada stunting. “Bisa jadi ada kawasan yang lingkungannya kurang bersih, seperti kondisi air yang kumuh atau polusi udara yang berlebih, sehingga anak sering sakit. Jika anak sering sakit, apalagi ditambah gizinya tidak terpenuhi itu bisa berakibat stunting,” paparnya. Sehingga pemecahan stunting bukan hanya soal gizi, melainkan masalah-masalah lingkungan, pendidikan, dan ekonomi. Dia berharap ada peran ekstra dari pemerintah. Seluruh sektor disebut harus berperan. Misalnya, dinas ketahanan pangan dan pertanian (DKPP). Hal yang bisa dilakukan salah satunya dengan memproduksi kebutuhan pangan, lalu didistribusikan ke masyarakat dengan harga yang terjangkau. “Supaya konsumsi gizi anak stunting dapat terus terpenuhi. Di samping itu, pemerintah juga harus hadir memecahkan masalah stunting yang disebabkan banyak faktor. Untuk itu seluruh sektor harus ikut berkontribusi dan mengambil peran,” tuntasnya. (mg3/fer)

Sumber: