Program Si Kaya Berbagi PHE WMO Tingkatkan Kualitas Lingkungan Hidup dan Sejahterakan Warga

Program Si Kaya Berbagi PHE WMO Tingkatkan Kualitas Lingkungan Hidup dan Sejahterakan Warga

Bangkalan, memorandum.co.id - PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) terus berkontribusi pada masyarakat di wilayah pendukung operasi, termasuk di Wilayah Labuhan, Kecamatan Sepulu, Kabupaten Bangkalan. Setelah sukses mengembangkan Taman Pendidikan Mangrove di Pantai Labuhan sisi timur, kini mereka mengembangkan sisi barat lewat pengembangan Taman Wisata Laut Labuhan. Di Taman Wisata Laut Labuhan ini PHE WMO meneruskan semangat memberdayakan masyarakat berbasis pelestarian lingkungan hidup lewat penanaman terumbu karang yang dipadukan dengan wisata laut. Terumbu karang ini ditanam pada  kubah beton berongga  yang salah satu bahannya berasal dari limbah casing protector kegiatan operasi PHE WMO. “Dengan ditanam pada beton berongga bibit terumbu karang ini lebih mudah tumbuh karena tidak mudah goyah oleh hempasan ombak, selain itu karena berongga kubah beton ini juga berfungsi ekologis sebagai habitat tempat tinggal dan berlindung ikan,” kata Manager PHE WMO Field Sapto Agus Sudarmanto. Tak hanya itu, karena media beton ini mengandung kalsium terbukti mampu mempercepat pertumbuhan fragmen karang. Jika di daerah lain pertumbuhan terumbu karang rata-rata 12 hingga 14 cm per tahun, terumbu karang yang ditanam PHE WMO bisa tumbuh 19 hingga 22 cm. "Dalam tiga tahun ini sejak 2017  sudah ditanam  80 kubah beton yang terdiri 480 bibit terumbu karang. Selain bisa tumbuh lebih cepat, daya hidup juga meningkat dari sebelumnya kurang dari 25 persen menjadi 97persen,” katanya. Hal ini juga berdampak pada ekologi perairan yang semakin membaik, hal tersebut terbukti melalui peningkatan spesies ikan di sekitar karang dari sebelumnya hanya ditemukan 8 spesies, sekarang menjadi 36 spesies. Peningkatan spesies ikan ini mencapai 400 persen. “Ini membuat nelayan Labuhan yang tadinya kalah bersaing dengan nelayan daerah lain untuk mencari ikan di laut lepas, kini bisa mendapatkan ikan di sekitar area konservasi terumbu karang,” katanya. Perbaikan kualitas lingkungan melalui konservasi terumbu karang dan mangrove dipadukan dengan pengembangan Eco Edu Wisata yang dikemas dalam Program  Si Kaya Berbagi (Konservasi, Pendidikan dan Budaya Berbasis Teknologi). Tak heran, hasil dari program ini bukan hanya kualitas lingkungan yang membaik, tetapi juga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menyusul Taman Pendidikan Mangrove (TPM) Labuhan, kini  Taman Wisata Laut (TWL) Labuhan menjadi tujuan wisatawan dan menjadi area belajar masyarakat khususnya mahasiswa dan pemerhati lingkungan hidup. “Banyak mahasiswa yang datang berkemah sambil belajar tentang mangrove, terumbu karang maupun pemantauan burung. Meski belum pulih akibat pandemi Covid-19 di bulan  Oktober  2021 tercatat lebih dari 1.800 orang yang  berkunjung ke TWL,” kata Mohammad Sahril, Ketua Pokdarwis Payung Kuning yang mengelola TWL Labuhan. Menurut Sahril, sebelum pandemi Covid-19 rata-rata pengunjung TWL Labuhan bisa  3.000 orang sampai 4.000 orang per bulan. Sebelum puncak pandemi Covid-19 di bulan Mei 2021 TWL masih bisa menerima kunjungan lebih dari 2.000 orang. “Memang ada penurunan, namun kini sudah mulai membaik. Kini pesanan berkemah di lokasi TWL bahkan sudah full hingga Februari 2022. Alhamdulillah juga ada kunjungan dari berbagai intansi dari daerah lain,” kata Sahril yang juga terpilih sebagai Ketua Pokdarwis Kabupaten Bangkalan. Ihwal kiprah  Mohammad Sahril yang  konsisten menjadi penggerak lingkungan hidup dan pengembangan pariwisata di Labuhan hingga menjadi local hero yang kini diundang ke berbagai kegiatan hingga terpilih menjadi Ketua Pokdarwis Kabupaten Bangkalan, Field Manager PHE WMO Sapto Agus Sudarmanto memberi apresiasi yang tunggi. "Program PHE WMO  yang mengembangankan konservasi di wilayah pesisir utara Bangkalan ini, telah mampu membuat masyarakat ikut tergerak hatinya. Local hero seperti Pak  Sahril ini yang kemudian menginspirasi desa-desa lain di pesisir utara Bangkalan untuk juga mengembangkan pariwisata berbasis lingkungan hidup,” kata Sapto. "Jadi terdapat multiplier effect dari kegiatan pelestarian  lingkungan dan pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang kita lihat dari sisi ekonomian warga sekitar," jelas Sapto. PHE WMO, tambah Sapto masih akan mengembangkan area konservasi di Pantai Labuan. Sebab, saat ini tingkat kerapatan tanaman mangrove belum terlalu lebat. "Kami juga ingin memperkaya jenis mangrove yang untuk ditanam di pesisir pantai Labuan. Sekarang sudah ada 32 jenis mangrove yang ditanam," beber Sapto. Dipaparkan, dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah unit bisnis, PHE WMO merumuskan fokus Bidang Pengembangan Masyarakat di antaranya adalah pendidikan untuk mendukung pencapaian SDGs 4. Kemudian pemberdayaan ekonomi masyarakat untuk mendukung pencapaian SDGs 8 dan berkontribusi terhadap SDGs 1. Pelestarian lingkungan hidup untuk mendukung pencapaian SDGs 13, 14, 15. Juga memberikan kesehatan untuk mendukung pencapaian SDGs dan pemberdayaan perempuan untuk mendukung pencapaian SDGs 5. Tidak lupa juga ketahanan pangan untuk mendukung pencapaian SDGs 2, penerapan dan pemanfaatan energi baru terbarukan untuk mendukung pencapaian SDGs 7. Kemudian mengadakan sensitifitas dan responsif rencana melalui Program Kampung Iklim (ProKlim) untuk berkontribusi khususnya pada SDGs 13. Dan terakhir, program unggulan PHE WMO adalah Si Kaya Berbagi (program konservasi, pendidikan, budaya berbasis teknologi), yang dilaksanakan di lokasi pengembangan Taman Wisata Laut Labuhan. "Di tahun 2021, program ini juga telah mendapat penghargaan program Kampung Iklim dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam pelaksanaan kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim," tandas Sapto. Perlu diketahui, PHE WMO merupakan bagian dari Zona 11 Regional 4 Subholding Upstream Pertamina dengan jenis industri eksplorasi dan produksi minyak dan gas. Ada pun kapasitas produksi minyak sebesar 5.403 Bopd dan gas sebesar 99 MMScfd yang berada di lapangan lepas pantai barat Madura. Sejak 11 Mei 2011, pengelolaan lapangan migas di alih kelola oleh WMO yang sebelumnya konsesi blok dikelola oleh Kodeco Energy Co. Ltd. (rio/fer)

Sumber: