Relokasi 2.000 Rumah Warga Terdampak Erupsi Semeru Gunakan Lahan Perhutani
Lumajang, memorandum.co.id - Presiden Joko Widodo akan merelokasi 2000 rumah warga yang terdampak erupsi Gunung Semeru dan membangun kembali Jembatan Perak atau Geladak Perak yang roboh. “Saya mendapat laporan ada 2.000 rumah lebih yang rusak dan ini segera kita putuskan di mana relokasinya dan saat itu juga akan kita bangun,” ujar Jokowi setelah meninjau lokasi terdampak erupsi Gunung Semeru di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Selasa (7/12/2021). Presiden berharap, nanti setelah reda, proses perbaikan infrastruktur maupun kemungkinan relokasi bisa segera dimulai. “Kita berharap, setelah nanti reda, semua bisa dimulai baik itu perbaikan infrastruktur maupun kemungkinan relokasi dari tempat-tempat yang memang kita perkirakan berbahaya jika dihuni kembali,” tuturnya. Sementara itu, Bupati Lumajang, Thoriqul Haq mengungkapkan, hasil koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, jembatan perak atau geladak perak yang menghubungkan antara Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang akan dibangun mulai tahun depan dengan estimasi waktu pembangunan sekitar sembilan bulan. “Terima kasih Pak Presiden. Beberapa keputusan Pak Presiden yang sudah ditetapkan adalah pembangunan kembali jembatan perak dengan jangka waktu 9 bulan, dengan perubahan pondasi konstruksi dengan deain jembatan yang lebih aman,” ungkapnya. Cak Thoriq, sapaan akrabnya menerangkan, untuk pendistribusian logistik akan dibangun jembatan gantung sebagai jembatan sementara untuk akses penghubung antara Kecamatan Candipuro dan Kecamatan Pronojiwo yang bisa dilalui roda dua dan roda tiga. “Sedangkan untuk akses kendaraan roda empat menuju Kecamatan Pronojiwo akan dibangun jalan alternatif Pasirian-Tempursari,” terangnya. Lebih lanjut dia menambahkan, untuk relokasi kawasan pemukiman yang terkena guguran awan panas akan dilakukan di lahan Perhutani di desa setempat atau kawasan yang berdekatan dari pemukiman asal. “Relokasi atau pindah tempat kawasan pemukiman yang terkena guguran awan panas di lahan Perhutani di desa setempat atau kawasan yang berdekatan dari pamukiman asal,” pungkasnya. (Fai)
Sumber: