Tutup Program Abdimas, FIB Untag Gelar Gebyar Matching Fund
Ponorogo, memorandum.co.id - Setelah melaksanakan program Matching Fund selama kurang lebih tiga bulan, program studi Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya melaksanakan Gebyar Matching Fund Plunturan sebagai kegiatan penutup. Berbagai kesenian khas daerah Plunturan pun ditampilkan. Mulai dari penampilan Gugur Gunung, Tari Reyog Putri, Cokean hingga drama berbahasa Inggris oleh pemuda Plunturan. Kegiatan tersebut digelar di Zoorsengon, lapangan pertunjukan Desa Plunturan, Kecamatan Pulung, Ponorogo. Ketua penanggungjawab program Drs YB Agung Prasaja MHum menjelaskan, semenjak September lalu, Prodi Sastra Inggris telah melaksanakan 17 topik kegiatan Program Matching Fund 2021. Kegiatan tersebut di antaranya pelatihan untuk kelompok sadar wisata (Pokdarwis), implementasi Sapta Pesona Wisata, pelatihan penyusunan proposal anggaran kegiatan, pelatihan story telling hingga pelatihan hospitality dengan mengembangkan rumah-rumah penduduk sebagai penginapan atau homestay. Adapun seluruh program tersebut dicanangkan sebagai misi mewujudkan Desa Plunturan menjadi Desa Wisata Budaya. "Karena kami dari prodi Sastra Inggris, dari seluruh topik kegiatan, pelatihan berbahasa inggris dan juga hospitality menjadi program unggulan kami," papar Agung Prasaja, Selasa (7/12/2021). Disebutkan oleh Agung, seluruh dosen prodi Sastra Inggris dan 63 mahasiswa terlibat aktif dalam pelaksanaan berbagai kegiatan tersebut. "Pada program ini kita gerakkan mahasiswa dalam skema MBKM, yang mulai tahun ini mahasiswa diwajibkan berkegiatan di luar kampus," ungkapnya. Kendati seluruh program tuntas dilangsungkan, prodi Sastra Inggris disebut akan tetap melakukan pemantauan. Bahkan rencananya akan mengajukan proposal Matching Fund kembali di tahun depan dengan tempat pelaksanaan yang sama. "Mohon doa agar 2022 bisa mendapat hibah Matching Fund kembali agar dapat melakukan percepatan desa Plunturan menjadi Desa Wisata Budaya," ujar Agung. Sementara itu, hal yang sama juga disampaikan oleh Rektor Untag Surabaya Prof Dr Mulyanto Nugroho MM CMA CPA. Sebagai salah satu desa mitra, Untag Surabaya sudah mendampingi Desa Plunturan selama hampir tiga tahun. "Hingga saat ini, sudah cukup banyak perkembangan yang ada. Namun, kami akan terus mendampingi agar benar-benar siap menjadi desa wisata," tukasnya. Mewakili warga desa, Kepala Desa Plunturan Dwi Bintoro, berterima kasih atas berbagai program yang dilaksanakan oleh tim Matching Fund Prodi Sastra Inggris. Disampaikan olehnya, masyarakat mendapat banyak manfaat dalam rangka upaya pembentukan Desa Wisata Budaya. "Dari belum mengetahui mengenai desa wisata, saat ini masyarakat sudah paham apa yang harus disiapkan dan dilakukan untuk menjadi desa wisata budaya," ungkapnya. Dia mengungkapkan, ke depan pihak desa akan selalu siap untuk berkolaborasi pada kegiatan-kegiatan yang akan datang. Di samping penguatan softskill menuju Desa Wisata Budaya, kegiatan abdimas Untag Surabaya hingga saat ini turut membantu pengembangan usaha UMKM desa. Misalnya, dalam program Matching Fund dilakukan pendampingan wirausaha berkolaborasi dengan program Wiradesa oleh BEM FISIP Untag Surabaya. Kolaborasi ini menghasilkan Galeri UMKM, sehingga warga bisa menampilkan hasil usaha masing-masing. Persiapan lain juga dilakukan dalam penerapan poin kebersihan Sapta Pesona Wisata dengan penyediaan wastafel di sebaran desa. Tidak hanya itu, pihak desa juga dibekali pelatihan digitalisasi budaya serta perlengkapan seperti kamera untuk mengoptimalkan publikasi desa. Seluruh program abdimas dilakukan sebagai persiapan saat menerima kunjungan wisatawan nantinya ketika pandemi berakhir atau new normal. (mg3)
Sumber: