Dugaan Penipuan Libatkan ASN, Kerugian Korban Capai Miliaran
Surabaya, memorandum.co.id - Unit Tipikor Satreskrim Polrestabes Surabaya melakukan penyelidikan terkait dugaan penipuan penerimaan aparatur sipil negara (ASN). Dan diduga melibatkan TR, ASN di lingkungan Pemkot Surabaya. Dalam penipuan itu, terdapat 9 korban dan diperkirakan total kerugian mencapai miliara. "Ya ada laporan penipuan," ungkap Mirzal Maulana, Kasatreskrim Polrestabes Surabaya kepada memorandum.co.id. Saat ini, masih kata Mirzal, laporan masih dalam penyelidikan Unit Tipikor Satreskrim Polrestabes Suraya. "Saat ini dugaan kasus itu dalam penyelidikan Unit Tipikor. Nanti hasil penyelidikan akan kami update lagi," imbuh dia. Kasus ini bermula pada Juni lalu, pelaku TR menawarkan kepada Edo untuk bekerja sebagai ASN di lingkungan Pemkot Surabaya. TR sendiri tak lain adalah langganan ojek online mobil yang dijalankan oleh Edo. TR menawarkan jabatan ASN ke Edo dan teman-temannya diwajibkan membayar uang sebesar Rp150 juta per orang. Karena Edo sudah berusia 53 tahun dan akan memasuki usia pensiun, TR berdalih nantinya korban akan diterima sebagai mutasi ASN dari Jakarta ke Surabaya. Ia dan teman-temannya pun percaya karena dengan menyakinkan, TR menunjukkan foto-foto sebagai bukti kedekatannya dengan Kepala Badan Kepegawaian Daerah hingga orang di Kementerian Dalam Negeri. “Saya percaya karena di situ mencatut nama pimpinan BKD, menunjukkan kalau di belakangnya dia ada orang Mendagri, percakapan-percakapan ada semua,” kata Edo. Ia dan kedelapan temannya pun akhirnya percaya dan memberikan uang yang diminta oleh pelaku. Mereka lalu diminta untuk bekerja dari rumah (WFH) dengan melakukan absensi secara online setiap pukul 07.30 dan 17.00 . Kesembilan korban pun sempat mendapatkan transfer gaji sebesar Rp 4.700.000 per bulan. Gaji itu sempat ia terima selama tiga bulan, mulai Agustus, September dan Oktober 2021. Hingga kemudian, Edo berinisiatif untuk mengecek pengirim gaji tersebut. “Setelah itu saya inisiatif mengecek transfer itu dari mana, Pemkot Surabaya atau perseorangan. Setelah saya cek ternyata perorangan dari oknum tersebut,” ujarnya. Setelah itu, Edo langsung mendatangi Pemkot Surabaya untuk mengonfirmasi kejadian yang ia alami. Dan ternyata, salah seorang pimpinan di Pemkot Surabaya menjelaskan bahwa rekrutmen tersebut tidak pernah terjadi. (rio)
Sumber: