Oyik Oh Oyik… Nasibmu (4 – habis)

Oyik Oh Oyik… Nasibmu (4 – habis)

Tidak Lagi Kuat Ngempet

Penderitaan Rahmi tak sesingkat yang dia dan teman-teman kerjanya bayangkan. Usia juragan Oyik ternyata awet. Sangat awet Bayangan Rahmi dan teman-teman kerjanya bahwa Rahmi dimanjakan juragan Oyik tenyata jauh api dari panggang. Rahmi hanya dicukupi kebutuhannya, namun tidak berlebih. Padahal, kekayaan juragan Oyik bisa dibilang tidak habis untuk dimakan tujuh turunan. “Tabungan dan perhiasan yang disimpan juragan Oyik sangat banyak. Termasuk tinggalan juragan Siti. Aku tahu sendiri. Tapi, kata juragan Oyik semua itu baru jadi milikku kalau juragan Oyik sudah mati,” kata Rahmi. Ajeng hanya kamitenggengen mendegar cerita Rahmi. “Lalu kenapa kamu malah menggugat cerai juragan Oyik?” tanya Ajeng bernada masygul seperti tidak mengerti jalan pikiran sahabatnya. “Kamu kira aku kuat ngempet manahan kebutuhan biologis sekaian lama?” “Lha memangnya Abah tidak pernah memuaskanmu?” “Jangankan memuaskan orang lain, untuk memuaskan diri sendiri saja dia paksa aku melakukan untuknya. Itu rupanya penyebab derita juragan Siti dulu” Ajeng diam. Dia tidak lagi memberikan komentar dan penilaian terhadap masalah Rahmi. Dia hanya menunduk memainkan ujung kain baju. “Lebih baik aku mundur dan nikah dengan laki-laki lain,” kata Rahmi. Ajeng menoleh, melihat mata Rahmi. Seperti menakar-nakar sesuatu hingga keluar juga apa yang dibatinnya. “Maaf Mi, Maaf ya… Bukankah tadi kudengar Toni berusaha mendekatimu?” “Maksudmu, kamu menyarankan aku main serong dengan Toni? Gitu?” Agak ragu Ajeng mengangguk sambil tersenyum kecut. “Jujur, Jeng. Aku tidak pernah memikirkan itu. Kalaupun harus nikah dengan Toni, aku harus lebih dulu cerai dari juragan Oyik,” tutur Rahmi. “Kalau cerai, kan kamu tidak bisa mewarisi semua kekayaan juragan Oyik?” Rahmi kembali memandang lekat-lekat mata sahabatnya itu. Lama. “Setelah aku pertimbangkan matang-matang. Dengan orang tua, juga dengan Toni, aku putuskan minta cerai juragan Oyik dan akan nikah resmi dengan Toni,” tutur Rahmi. “Lalu kenapa kamu meminta aku menemuimu?” tanya Ajeng. Rahmi tersenyum. “Kamu kan janda? Sudah pengalaman gituan, bagaimana kalau aku mencoba menjodohkan kamu dengan juragan Oyik?” “Aku?” ‘Ya. Kamu. Kalau kamu bersedia, nanti aku akan cerita ke juragan Oyik. Kalau juragan Oyik juga bersedia, kan mending menjodohkan kamu dengan beliau daripada yang lain,” tutur Rahmi, yang menambahkan tidak lama lagi pengadilan akan memutuakan gugatan cerainya. Ajeng kaku terdiam. Dia pandang wajah Rahmi. Ada kesan ragu tergambar di sana. (jos, habis)  

Sumber: