Waka STAI Taruna Surabaya Dukung PTM 100%
Surabaya, memorandum.co.id - Wakil Ketua I STAI Taruna Surabaya, Dr Lia Istifhama MEI mengaku sangat mendukung wacana pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen di berbagai wilayah, termasuk salah satunya di Kota Surabaya. Pelaksanaan PTM total ini kabarnya hanya menunggu Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri. Sehingga Lia Istifhama menantikan PTM total terealisasi. Menurutnya, PTM 100 persen adalah hak anak untuk bahagia. “Hak bahagia itu milik semua usia, terutama anak-anak. Mereka berhak belajar dan bermain bersama kawan-kawannya serta merasakan perhatian guru secara langsung. Jika secara virtual, bagaimana rasa bahagia itu terwujud sempurna. Ini mohon menjadi perhatian banyak pihak, bahwa tidak semua karakter anak sama dan bisa dipaksakan sama,” terangnya, Rabu (24/11/2021). Lebih lanjut, peraih penghargaan sebagai Tokoh Millenial Literasi Jatim (versi ARCI) ini menyebutkan bahwa PTM akan menjadi oase bagi kehidupan anak-anak setelah melalui pembelajaran secara daring. “Mas Menteri Nadiem Makarim seringkali menyuarakan pentingnya tatap muka. Tapi ternyata hal ini tidak menjadi persepsi yang sama bagi banyak pihak. Padahal, anak-anak banyak yang jenuh akibat jauh dengan teman-temannya. Dengan begitu, PTM akan menjadi oase kebahagiaan untuk mereka. Anak-anak berhak bahagia dan memiliki kenangan indah di sekolah," papar aktivis perempuan yang akrab disapa Ning Lia ini. Tanpa tending aling-aling, Ning Lia meminta semua pihak agar memikirkan perkembangan moral generasi bangsa. “Mohon kita semua membuka mata. Bagaimana moral anak-anak sekarang, apakah gadget mampu dipergunakan bijak oleh anak-anak? Berapa persen yang menjadi kecanduan game online atau bermain di platform sosial media yang justru mengenalkan mereka dengan perbincangan yang belum usianya," cetusnya. Ning Lia yang juga ketua Perempuan Tani HKTI Jatim ini lantas menyampaikan secara detail perubahan yang dirasakan anak-anak sekarang. “Mohonlah semua pihak memikirkan beberapa hal. Yang pertama, tingkat pornografi yang melibatkan anak-anak sebagai korban ataupun pelaku di dalamnya. Kedua, perkembangan mental anak yaitu, apakah terdapat anak-anak yang menjadi kurang pergaulan maupun terlambat pertumbuhan psikologisnya akibat kecanduan gadget? Dan apakah ada anak-anak yang menjadi malas belajar akibat adanya kunci jawaban yang didapatkan dari internet," tandasnya. “Jika jawabnya iya, maka mohon dikembangkan menjadi berapa persen itu semua. Saya kira ini adalah bentuk observasi yang sangat penting mengingat pertumbuhan anak-anak sekarang adalah investasi bagaimana Indonesia ke depan. Semoga dari sini, kita semua semakin mencintai kelangsungan hidup yang positif bagi anak-anak,” pungkas Ning Lia. (mg3)
Sumber: