Weton Pasutri Ketemu Pegat (4-habis)
Perang vs Mertua
Memorandum yang kenal Ikin sebagai lawyer yang sering mendamaikan pasangan yang hendak bercerai mengajak Nawar bertemu dengannya. Kepada Ikin, Nawar menceritakan semuanya. Ikin terseyum. Nawar nyengir. Memorandum garuk-garuk kepala. ”Memangnya Mas Nawar sudah memikirkan dampak positif dan negatifnya?” tanya Ikin. Nawar meringis. “Lebih dalam lagi, apakah Mas Nawar tidak melihat apa yang bakal Mas Nawar lakukan ini menyimpang dari ajaran agama kita?” tambah Ikin. Nawar blingsatan. Tak berani menatap wajah Ikin. Juga Memorandum. Nawar menunduk. Nawar akhirnya mengakui bahwa sebenarnya memang tidak ada apa-apa yang bisa dijadikan alasan untuk menceraikan Siti. Dia masih mencintai Siti. Sebaliknya, Siti juga masih mencintainya. “Jangan sampai Mas Nawar terjebak tahayul dan khurafat, yang sama sekali tidak diajarkan dalam agama,” tandas Ikin. Nawar manggut-manggut, membenarkan pendapat Ikin dan menceritakan pendapat ayahnya. “Ayah bahkan menyarankan saya mengajak Siti hidup terisah dengan Bapak (mertua, red). Ayah melihat pengaruh Bapak mulai merusak akidah saya,” aku Nawar berterus terang. Nawar menambahkan, ayahnya bahkan rela membantu Nawar menambah dana bila masih kekurangan untuk kos atau menyewa rumah. “Yang penting kalian harus keluar dari rumah yang kalian tinggali sekarang. Harus. Tidak bisa tidak,” kata ayah Nawar seperti ditirukan anaknya. Tak lama kemudian Nawar pamit sambil menyalami Ikin dan menyelipkan sesuatu ke tangan pengacara berdarah Madura ini. Ikin kaget dan secepat lari kijang hutan segera mengembalikan sesuatu tadi dan memasukannya ke saku baju Nawar. Tiga hari kemudian Memorandum ditelepon Nawar. Dia bercerita bahwa dia dan bapak mertuanya terlibat pertengkaran mulut dahsyat. Nawar yang pamit mengajak Siti tinggal di rumah kontrakan ditentang habis-habisan. Nawar bahkan terang-terangan diusir harus meninggalkan rumah tanpa membawa serta istri. Siti menangis bingung. Meraung-raung. Menjerit-jerit. Ketika Nawar benar-benar pergi meninggalkan rumah, Siti yang mencoba menahan Nawar dengan memegang erat tangan sang suami dibetot sekeras-kerasnya oleh ayahrnya. Nawar tegang sejenak, namun ragkemudian melangkah melewati pintu. Agak ragu, tapi kakinya terus terayun makin jauh meninggalkan rumah. Meninggalkan bapak mertua. Dan meninggalkan Siti, istri yang sangat dicintai. Nawar sempat galau. Tapi tidak lama. Tiga hari kemudian Siti menyusul ke rumah yang dikontrak Nawar di kawasan Wiyung. “Alhamdulillah. Siti berjanji akan tinggal bersama apa pun yang terjadi. Dia yakin Allah pasti akan membantu,” kata Nawar, yang mengaku sengaja menelepon Memorandum yang juga tinggal di kawasan Wiyung. “Saya ingin memamerkan rumah kontrakan dan memperkenalkan istri saya,” tandas Nawar, kemudian tersenyum lepas. Jujur, ternyata Siti orangnya cantik. Jilbab yang membungkus tubuhnya sama sekali tidak mengurangi kecantikan dan kelembutannya. (jos, habis)Sumber: