Weton Pasutri Ketemu Pegat (2)

Weton Pasutri Ketemu Pegat (2)

Hasil Usaha Selalu Susut

Setelah didahului Nawar, sebulan kemudian diadakan prosesi lamaran resmi oleh keluarga. Ini sesuai petunjuk Jito. Geden dan meriah. Tidak disangka, di tengah riuh acara, cuaca yang sebelumnya tenang tiba-tiba berubah hingar. Turun hujan lebat disertai angin kencang. Tenda yang dipasang di halaman depan rumah porak poranda. Tidak lama. Hanya sekitar 10 menit. Walau begitu, yang sekejap itu mampu membuat suasana kacau. “Saya yang berada dekat Bapak (mertua, red) sempat mendengar beliau bergumam, ‘Ada yang tidak beres’. Jujur dada saya sempat bergetar keras,” tutur Nawar. Petaka pada hari lamaran itu ternyata bersambung. Kejadian-kejadian miris menyusul pada hari-hari selanjutnya. “Hal-hal kecil tapi merepotkan. Misal tiba-tiba selang air meledak saat mencuci motor. Bau gas elpiji memenuhi rumah. Plafon rumah rontok dan lain-lain.” Kejadian yang paling tidak disangka adalah Nawar mendadak di-PHK sekolah swasta tempatnya mengajar tepat dua bulan setelah pernikahan. Alasannya tidak banyak murid baru sehingga jumlah guru harus disesuaikan. Nawar kelimpungan. Untung dia dikuati mertuanya yang kondisi ekonominya cukup kuat. Nawar bahkan dibantu modal membuka bisnis kecil-kecilan di rumah. Kebetulan rumah mereka di pinggir jalan besar dan dekat dengan kompleks perkantoran dan sekolah. Nawar berjualan HP dan aksesorisnya serta kebutuhan alat-alat sekolah/kantor. Sukses. Pembeli tidak pernah kosong. Selalu saja ada. Yang terbanyak adalah orang yang memfoto kopi. Namun sesuatu yang tidak masuk akal dihadapi Nawar dan Siti. Meski usaha jasanya laris dan barang-barang daganganya sering ludes, uang yang masuk tidak pernah tampak. Malah semakin susut dan semakin susut. Sebelum modal habis, Nawar banting setir. Dia daftar sebagai sopir taksi online. Grab. Mobil pemberian ayah mertuanya, Ayla, meski tidak baru, dikaryakan. Ini pun tidak menguntungkan. Mobil yang sebelumnya tidak pernah rewel itu mendadak sering mogok ketika dipakai mengantar penumpang. Ada-ada saja gangguannya. Pernah tiba-tiba mesiin panas  dan mati, pernah pula timing belt putus, radiator pecah dll Yang terakhir, mobil dipaksa terus jalan meski banyak jalanan banjir. Ketika menuju Terminal Oso Wilangon mobil terperosok cukup dalam. Bodi mesin sampai terendam semalaman. Ketika esoknya diderek dan dibawa ke bengkel, diketahui mesinnya kemasukan air. Bukan air biasa, tapi linet. Terpaksa turun mesin dan menghabiskan biaya yang tidak kecil. Persoalan merembet ke keluarga. Nawar dan Siti sering berantem karena persoalan uang. Uang belanja nyaris tidak pernah mencukupi. Untung mereka menumpang di rumah orang tua Siti, jadi masalah ini masih terbantu. (jos, bersambung)  

Sumber: