TKI di Arab Saudi (2)

TKI di Arab Saudi (2)

Katut Sopir Truk

Upaya Udin mencari dan menghubungi Tunik selalu gagal. Suatu hari, di warung pinggir jalan besar, tanpa sengaja dia mendengar bisik-bisik soal Tunik. Kabarnya Tunik katut sopir truk. Semula dia ragu. Tapi setelah mendapat kepastian dari pemilik warung yang yang sudah lama dia kenal, Udin tak menyangsikannya lagi. “Ngapunten. Penci leres, Mas Udin,” kata pemilik warung, sebut saja Pak Lan. Pak Lan bercerita, semula Tunik yang sering membungkuskan sarapan untuk Risa dan Mbok Jah digoda salah satu sopir truk lintas provinsi. Tunik mulanya hanya diam. Bahkan tidak jarang membentak sopir tersebut, sebut saja Tono. Bukannya marah, Tono makin bersemangat menggoda Tunik. Tunik juga sering dibawakan oleh-oleh dari daerah-daerah tertentu yang dilintasi Tono. Kadang durian, kadang pisang, kadang tape, dll dsb dst… Tunik yang awalnya sering uring-uringan jadi luluh. Entah bagaimamana mulanya, Pak Jan akhirnya mengetahui Tunik makin hari makin lengket vs Tono. Sesekali Tunik diajak mengirim barang ke daerah jauh. “Saya sudah mengingatkan Tunik, bahkan di depan Tono, hati-hati menghadapi rayuan sopir. Wataknya sopir, di mana-mana kalau ngaso (istirahat, red) selalu mampir. Ngampiri gendha’ane,” seloroh Pak Lan seperti ditirukan Udin. Peringatan Pak Lan tidak pernah digubris. Tunik semakin lengket vs Tono. Akhir-akhir ini mereka tidak pernah ke sini. Ya Tono-nya, ya istrimu,” kata Pak Lan. Sudah lebih dari dua tahun mereka tidak menampakkan batang hidungnya. “Padahal, sehari sebelum saya pulang, dia masih menghubungiku,” keluh Udin, yang lantas minta bantuan temannya yang polisi untuk mencari keberadaan Tunik. Udin yakin suatu hari pasti ditemukan. Udin pusing bukan hanya memikirkan Tunik yang tidak jelas juntrungannya, tapi juga memikirkan uang Rp 1 miliar lebih di tangan Tunik. Dikemanakan uang itu? “Jangan-jangan dibawa kabur bareng gendha’an dia,” kata hati Udin. Bayangan membangun rumah baru untuk membahagiakan ibu, anak, dan istrinya tiba-tiba terhapus dari benak. Ia menyesal mengapa tidak menabungkan uangnya sendiri, kok dipercayakan kepada Tunik. Udin tidak menyangka istrinya tega meninggalkan suami yang telah bekerja keras di negeri orang. Apalagi tega meninggalkan akan semata wayang mereka yang sudah menginjak remaja. Betapa hancur hati Risa. “Ibu dulu selalu Risa tanya, kok sering pergi lama. Katanya ini rahasia. Jangan sampai bapakmu tahu. Ibu mengaku cari tambahan buat mbangun rumah. Risa disumpah untuk tidak cerita ke Bapak,” kata Risa ketika didesak soal keberadaan ibunya oleh Udin. . Udin tidak bisa berbuat banyak selain menahan tangis sambil mengelus rambut Risa. Penuh kasih sayang. “Ibu juga jarang memberi uang jajan Risa. Katanya uangnya ditabung agar rumah yang dibangun nanti besar dan membanggakan,” imbuh Risa seraya mengusap pipi ayahnya yang mulai basah. (jos, bersambung)    

Sumber: