Cetak dan Online Harus Seiring

Cetak dan Online Harus Seiring

Surat Kabar Harian (SKH) Memoradum baru saja menerima penghargaan sebagai media mitra terbaik Polri dari Kapolri Jenderal Tito Karnavian di Jakarta. Ini diapresiasi Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak AKBP Antonius Agus Rahmanto. Menurut Agus, Memorandum itu sudah bagus sebagai mitra Polri. Selain memberitakan Polri dari segi positif, tetap juga mampu memberikan kritik agar Polri menjadi lebih baik. “Memorandum dari kemasan sudah bagus. Terutama memuat pemberitaan tentang Polri dan seimbang dalam penyajiannya. Polri tidak mungkin memilih media sebagai yang terbaik tapi tidak kritis. Tentunya banyak faktor dalam penilaian hingga menjadikannya yang terbaik,” kata Agus. Mulai dari penyajian berita hingga branding media itu sendiri. Semisal ada berita negatif tentang Polri, media tinggal memoles bagaimana berita negatif bisa menjadi positif yang membangun untuk Polri ke depannya. Jadi tidak sampai menghilangkan marwah jurnalistik itu sendiri dan bermartabat. Jangan sampai media mencari kesalahan tanpa konfirmasi yang jelas dan isi pemberitaan sepenggal-sepenggal. Yang ada kemudian menjadikan masyarakat bertanya-tanya kelanjutan isi berita dan berasumsi jelek kepada Polri. "Jadi kesimpulannya media bukan hanya sumber berita bagi Polri, tetapi juga sumber bagi masyarakat dan sebagai bahan edukatif baik dari segi positif dan negatifnya," jelas Agus. Bisa menjadi bacaan generasi milenial tapi kemasannya dirubah. Judulnya harus bombastis. Karena generasi saat ini tidak bisa dibohongi lagi. Contoh judulnya yang bombastis, isi beritanya  tidak sesuai dengan judulnya. Agus melihat Memorandum cetak dengan online kurang seimbang. Alangkah baiknya bila berita yang ada di cetak dimasukkan ke dalam Memorandum online. Karena pembaca bisa baca berita di online Memorandum, tapi di media cetaknya (koran) belum tentu bisa membacanya. "Jadi harus seimbang. Pembaca bisa cari berita yang dicari di online Memorandum ada dan di koran juga ada. Kalau beritanya hanya dimuat di salah satu media, orang akan bingung," imbau dia. Brandingnya kriminal juga diperbanyak, tapi yang serem dikurangi dan bila perlu diunggah di online Memorandum juga. Kemasan beritanya sesuai dengan generasi milenial. "Jadi cetak dengan online harus sama-sama berjalan seimbang. Kalau tidak, Memorandum bisa ditinggalkan ," saran Agus. (rio/rif)  

Sumber: