Prediksi Pemilu 2024, PKB Melejit, Golkar Naik Kelas

Prediksi Pemilu 2024, PKB Melejit, Golkar Naik Kelas

Surabaya, memorandum.co.id - Pakar politik Jatim Dr Sufyanto memprediksi gelar pemilihan umum (pemilu) 2024 bakal berlangsung panas. Meski pelaksanaan pemilu tetap berjalan protokol kesehatan (prokes) ketat, karena masih pandemi Covid-19. Direktur The Republic Institute ini menjelaskan, kepercayaan terhadap partai politik masih cukup tinggi. Tingkat keterpilihannya (elektabilitasnya) masyarakat Jatim menempatkan pilihannya pada sejumlah partai politik. Seperti PKB (25,2 persen), PDI-P (19,6 persen), Golkar (11,8 persen), Gerindra (11,7 persen), Demokrat (9,1 persen), NasDem (4,2 persen), PPP (4,2 persen), PAN (3,4 persen), PKS (2,2 persen), Hanura (0,8 persen), Berkarya (0,4 persen), PSI (0,3 persen), Gelora (0,2 persen), dan Ummat (0,1 persen). "Peningkatan PKB yang luar biasa besar ini terjadi salah satunya karena imbas di beberapa wilayah kabupaten bupatinya berasal dari kader PKB, seperti Sidoarjo, " terang Sufyanto saat diskusi dan publikasi hasil riset politik digelar daring, Minggu (10/10/2021). Lanjut Sufyanto, peningkatan PKB karena masyarakat melihat partai politik yang kelahirannya di bidang Nahdlatul Ulama (NU) saat ini lebih harmonis pada tataran kepengurusan, mulai tingkat kabupaten, provinsi sampai pusat. Dosen Politik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) ini menambahkan, teknik pengambilan sample adalah multistage random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 1.225 responden tersebar di 38 kabupaten dan kota di seluruh wilayah Provinsi Jatim. Sample diturunkan dari provinsi ke tingkat kabupaten/kota, lalu ke tingkat kecamatan, dilanjutkan ke tingkat desa lalu diturunkan ke tingkat RT, rumah, dan menentukan subjek penelitiannya. "Proses pengambilan sampel (wawancara) dilakukan pada tanggal 1-13 September 2021, margin of error sebesar 2,8 persen," tutur Sufiyanto. Bila melihat kondisi data elektabilitas ini yang cukup mengalami kenaikan dari tren tahun sebelumnya yakni Golkar yang sudah peringkat 3 dan PAN yang tahun lalu masih di bawah 2 persen kini sudah di angka 3,6 persen. "Partai Golkar mampu menyodok di urutan ketiga hasil survei, padahal kalau kita lihat di parlemen, Golkar urutan kelima setelah PDI-P, PKB, Gerindra dan Demokrat," tutur dia. Peningatan Golkar ini disebabkan oleh beberapa alasan, pertama, tokoh-tokoh Golkar di wilayah banyak yang bergerak di bawah tanah seperti Sahat Simanjuntak,  Zulfikar, dan Hasan Irsyad. Kedua, beberapa pengurus partai dan caleg partai melaksanakan  secara massal kegiatan-kegiatan sosial, seperti vaksinasi dan pembagian sembako. Ketiga, penguatan kembali golkar di wilayah wilayah pinggiran dan perbatasan imbas dari kondisi ekonomi saat ini. Sementara itu untuk tingkat keterpilihannya (elektabilitasnya) masyarakat Jatim urutan berikutnya adalah PDI-P (19,6 persen), Gerindra (11,7 persen), Demokrat (9,1 persen), NasDem (4,2 persen), PPP (4,2 persen), PAN (3,4 persen), PKS (2,2 persen), Hanura (0,8 persen), Berkarya (0,4 persen), PSI (0,3 persen), Gelora (0,2 persen), dan Ummat (0,1 persen). Untuk Gerindra, meskipun turun dari urutan ketiga ke urutan keempat tapi masih cukup tinggi suaranya, mengingat selisih hasil survei terkait elektabilitas dengan Golkar yang hanya 0,1 persen. "Tingginya suara Gerindra ini disebabkan karena beberapa tokohnya sangat instens turun dan menyapa konstituennya, seperti Gus Fawaid dan Anwar Sadad," tegas dia. Sedangkan nasib Partai Demokrat relatif stagnan di Pemilu 2024. Hal ini terjadi karena faktor ketokohan Emil Elestianto Dardak, Plt Ketua Partai Demokrat Jatim serta ketokohan lokal yang masih mendukung demokrat tetap memberi persepsi positif bagi masyarakat. Meski Sufiyanto menyebut ada sedikit pengaruh dari imbas perebutan jabatan ketua demokrat Jatim di media yang sampai sekarang masih muncul. "Sehingga Demokrat tidak meningkat secara signifikan dan pemilihnya cenderung menunggu karena ragu-ragu," kata dia. Masyarakat Jatim tidak tergantung pada satu variabel saja yang kemudian mempengaruhi pilihannya pada partai politik di pemilu 2025. Ada beberapa variabel pendukung, yaitu: tokoh partai (33,6 persen), ikut keluarga (15,4 persen), lingkungan organisasi (14,1 persen), relawan (11,5 persen), idiologis (10,5 persen), ikut teman (5,7 persen), lainnya (5,7 persen). (day/fer)

Sumber: