Ikhtiar dan Sabar Jadi Pegangan Hidup Anang Mengadu Nasib di Surabaya

Ikhtiar dan Sabar Jadi Pegangan Hidup Anang Mengadu Nasib di Surabaya

Surabaya, memorandum.co.id - Sabar dan ikhtiar menjadi pegangan hidup Anang Hermadi (43), pedagang perabotan rumah tangga keliling yang tinggal di Jalan Wonorejo Selatan ini. Dengan mengadu nasib di Surabaya, Anang pun harus meninggalkan istri dan dua anaknya di Balongpanggang, Gresik, agar bisa memenuhi kebutuhan keluarga. Memang, rezeki yang diperoleh Anang di Surabaya tidak bisa dipastikan hasilnya. Terkadang ada pembeli, bahkan sehari pun ia yang keliling dengan mengayuh becak tidak mendapatkan hasil apapun. Namun, ini tidak membuat Anang menyerah begitu saja. Ia tetap berusaha agar bisa mengirimkan hasil jerih payahnya ke keluarga atau untuk pulang kampung melihat kedua anaknya yang duduk di bangku SMA kelas 1 dan kelas 4 SD ini. "Kalau pulang ke Gresik tiap dua sampai tiga minggu. Tapi kalau transfer tiap minggu, besarannya tidak pasti tergantung pendapatan yang diperoleh," ujar Anang saat ditemui sedang istirahat di kawasan Medokan Asri sambil mengisap rokok, Minggu (3/10). Anang menambahkan, tiap harinya dia berangkat dari Wonorejo Selatan sekitar pukul 06.00 dan pulang sekitar pukul 17.00. "Sehari tidak mesti laku. Kadang sama sekali, tapi tetap sabar karena ini yang bisa dilakukan," ujarnya. Untuk siang ini, tambah Anang, dirinya sudah mengantongi Rp 250 ribu dari sepuluh dagangannya yang laku. "Ini tadi sudah laku 10 dagangan. Yang paling laku sapu lantai dan sapu taman," ujarnya. Anang menambahkan, di saat pandemi Covid-19 kemarin, dirinya memilih bertani di kampung halaman sambil menunggu kondisi di Surabaya aman. "Tinggal di desa untuk bertani. Pernah jualan hasilnya turun, makanya memilih pulang kampung," ujar pria yang pernah berjualan bakso di kawasan Semolowaru selama dua tahun ini. Ia juga mengatakan, untuk Senin-Jumat, ia mendapatkan uang sekitar Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu. Tapi kalau Sabtu dan Minggu bisa sehari memperoleh Rp 300 ribu. "Tapi itu belum termasuk untuk kebutuhan per hari. Biasanya Rp 35 ribu-Rp 50 ribu, dan sisanya untuk dikirim ke desa," pungkas Anang. (fer)

Sumber: