Kembang Tabebuya Bermekaran, Surabaya Serasa Jepang

Kembang Tabebuya Bermekaran, Surabaya Serasa Jepang

Surabaya, Memorandum.co.id - Warga Surabaya kali ini dimanjakan dengan bermekarannya kembang tabebuya yang tersebar di beberapa jalan protokol. Ini mempercantik wajah Surabaya sekilas berada di Negeri Sakura, Jepang. Bunga-bunga itu bermekaran dengan warna yang berbeda-beda di setiap pohonnya. Kepala Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Surabaya Anna Fajriatin menjelaskan, tanaman tabebuya itu biasanya mekar pada musim panas. Uniknya, kalau terkena angin, bunga itu akan rontok dan yang lain akan mekar lagi. “Saat ini semua tanaman tabebuya sedang bermekaran. Pada saat panas tanaman tabebuya akan bermekaran. Begitu hujan dia akan menurun dan menurun,” kata Anna, Jumat (1/10). Menurutnya, bunga tabebuya yang saat ini juga menjadi salah satu ikon Surabaya itu sudah menyebar di berbagai titik Kota Pahlawan, terutama di pinggir jalan protokol. Seperti, di wilayah Mayjen Sungkono, Ahmad Yani, Gunung Anyar Merr, dan masih banyak lagi. “Hampir semua jalanan Surabaya sudah ditanami bunga tabebuya, karena setiap rayon di DKRTH melakukan penanaman tabebuya. Jadi jumlahnya sudah sangat banyak se-Surabaya,” terangnya. Anna mengatakan, tanaman yang berasal dari Brasil itu tidak memerlukan perawatan khusus. Untuk perawatannya, hanya disiram dan diberikan pupuk secara reguler. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik yang dihasilkan dari proses pengomposan sampah. “Dari kegiatan perantingan pohon, kita manfaatkan untuk kompos. Untuk tanaman-tanaman yang ada di taman, kita sudah kurangi penggunaan pupuk kimia, beralih ke organik,” kata dia. Sebagai upaya perlindungan dan menjaga kelestarian pohon yang ada di Kota Surabaya, Anna menerangkan, bahwa pemkot akan mengenakan sanksi bagi masyarakat yang melakukan perusakan pohon. Sanksi itu salah satu berupa penggantian pohon dengan jenis serupa. “Itu sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Kota Surabaya Nomor 19 Tahun 2014 Tentang perlindungan Pohon. Pohon ini sangat berarti untuk menjaga lingkungan dan kualitas udara serta mengurangi polusi udara,” terangnya. Ia mencontohkan, ketika ada masyarakat yang melakukan pelanggaran perdata seperti menebang pohon tanpa izin atau menabrak pohon tabebuya, KTP-nya akan ditahan oleh petugas operasi yustisi dan wajib menggantinya dengan Pohon Tabebuya. Ini juga berlaku tak hanya untuk pohon tabebuya, tapi sesuai dengan tanaman apa yang ditabrak. "Selain itu, mereka yang sudah memiliki izin untuk menebang pohon pun tetap harus mengganti sesuai dengan diameter pohon yang ditebang," pungkasnya. (fer)

Sumber: