Pernikahan Santriwati (3-habis)
Gawat, Menderita Vaginismus
Dengan hati hancur dan tangis sedih Umu menelepon orang tuanya. Memberi tahu bahwa Kiai Soleh akan melamarnya. Sejatinya Umu hendak menyatakan ketidaksetujuannya atas pinangan Kiai Soleh. Tapi sang ayah, sebut saja Syaiku, yang terburu gembira mendengar berita tadi, langsung menutup telepon dan tidak bisa dihubungi lagi. Umu giliran menghuhungi ibunya, hendak mencurhatkan soal yang sama. Eee… ternyata sang ibu, sebut saja Ngatmi, pun terburu mengucapkan alhamdulillah dan marah-marah ketika Umu menyatakan ingin menolak. “Kamu harus menerima. Ini berkah,” kata Ngatmi. Umu tidak berkutik. Ayahnya menerima lamaran Kiai Soleh, bahkan ibunya agak memaksa. Perkawinan pun dilaksanakan. Bahkan dengan dua kali resepsi. Di Surabaya dan di Jombang. “Umu tidak berani membantah kedua orang tuanya karena takut dicap sebagai anak durhaka, juga tidak berani mengatakan emoh kepada Kiai Soleh karena takut hidupnya ke depan tidak berkah,” kata Ikin. Akhirnya Umu terpaksa harus menjalani babak baru kehidupannya sebagai Bu Nyai. Sebagai pendamping Kiai Soleh. “Namun Umu bukan tidak melakukan perlawanan untuk memperjuangkan ketidaksetujuannya dinikahi Kiai Soleh,” kata Ikin. Sejak malam pertama perkawinannya Umu berusaha agar organ kewanitaannya tidak terbuka menerima masuknya tamu tak diundang. Al hasil, senjata kejantanan Kiai Soleh yang sejatinya sudah tidak jantan 100 persen selalu gagal penetrasi. Kondisi tersebut berlangsung tidak hanya sehari-dua hari, melainkan berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Kiai Soleh tidak pernah putus asa. Dia senantiasa berjuang meski tidak pernah berhasil. Kiai Soleh memang tergolong pejuang sejati. Dia mengajak Umu berkonsultasi ke beberapa dokter. Termasuk ke psikolog dan psikiater. Oleh dokter, dijelaskan kemungkinan Umu menderita vaginismus. Dijelaskan bahwa vaginismus adalah kekakuan otot dinding-dinding vagina yang tidak bisa dikendalikan oleh perempuan. Jadi, faktor psikologis sangat dominan dalam hal ini. Umu harus menjalani beberapa terapi. “Umu menolak menjalani terapi. Dia bahkan minggat dari pondok, kemudian menelepon ayahnya. Minta diuruskan gugat cerai Kiai Soleh,” kata Ikin, yang menambahkan bahwa Umu mengancam tidak akan pulang kalau tidak cerai. Umu mengaku akan mendaftar sebagai TKW dan bekerja di luar negeri. Entah ke mana. Yang jelas sudah ada temannya yang dulu teman sekamar di pondokan ditawari pamannya bekerja di Dubai. “Jadi Umu belum pernah hubungan intim dengan Pak Kiai?” tanya Memorandum agak kepo. Ikin tertawa. Dia malah menyodorkan HP-nya. “Tanya aja sendiri ke orangnya,” katanya, kemudian tertawa keras. Lepas. Asem! (jos, habis)Sumber: