Jelang PTM Terbatas, Surabaya Diharap Jadi Leading for Learning

Jelang PTM Terbatas, Surabaya Diharap Jadi Leading for Learning

Surabaya, memorandum.co.id - Dalam waktu dekat, rencana pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di Surabaya bakal terealisasi. Menilik ini, pakar pendidikan Lia Istifhama menyebutnya sebagai jawaban dari embusan doa para orang tua. Ketua III STAI Taruna Surabaya ini mengatakan, pelaksanaan PTM ditunggu oleh banyak orang tua siswa. Seirama dengan itu, Mendikbud Ristek bahkan menegaskan pentingnya PTM sebagai bentuk antisipasi learning loss. "Orang tua dan wali murid di Surabaya akhirnya dapat bernapas lega. Setelah sekian lama, akhirnya di Kota Metropolis Surabaya merespon positif pelaksanaan PTM terbatas sesuai doa warganya. Tentunya hal ini jangan sampai ditunggangi pihak tertentu yang ujung-ujungnya menunda lagi PTM terbatas di Surabaya," kata Lia Istifhama, Jumat (3/9/2021). Lanjut aktivis perempuan yang pernah meraih penghargaan sebagai Tokoh Milenial Literasi Jatim karena rajin menulis di beragam media ini, Kota Surabaya harus menjadi leading for learning. "Surabaya sebagai ibu kota Jawa Timur seyogyanya sebagai leading for learning. Yaitu guru atau panutan dalam hal pembelajaran. Jika wilayah lain di Jatim sudah berhasil mengejar ketertinggalan pendidikan selama daring, maka induknya harus semakin kuat dan semangat mengejar ketertinggalan tersebut," tegasnya. Sependapat dengan Mendikbud Ristek, Ning Lia pun menilai, penyelamatan generasi bangsa dari learning loss tidak bisa dianggap isapan jempol. “Diakui atau tidak, kita yang sekarang di usia dewasa, adalah produk dari sekolah tatap muka. Pentingnya atau key point urgensi sekolah tatap muka adalah adanya dampingan pembelajaran. Jangan sampai, anak-anak, yaitu usia SD hingga SMP, didampingi oleh gadget. Karena pendidikan seharusnya melibatkan aktivitas komunikatif dan kognitif. Dan yang bisa memahami tingkat pemahaman anak-anak tentunya ya manusia sebagai tenaga pendidik, bukan gadget," paparnya. Pembelajaran daring yang selama ini diterapkan, menurutnya telah merubah kebiasaaan anak-anak. Aspek motorik mereka semakin melemah. Begitupun perkembangan sosial anak yang terjadi penurunan. “Anak-anak sekarang aspek motorik dan sosialnya sudah beda jauh dengan situasi sebelum sekolah daring. Sebagai contoh, preferensi bermain lebih tinggi pada permainan atau hiburan dalam gadget, bukan permainan yang sifatnya olah gerak tubuh maupun komunikasi dengan sebayanya. Dari sini, ayolah kita para orang tua kembali pada esensi pendidikan, yaitu nilai-nilai dalam Pancasila," ajak Ning Lia. Tokoh Millenial Literasi Jatim tersebut kemudian menjelentrehkan isi dari sila Pancasila, yaitu: (1) Ketuhanan yang Maha Esa, (2) Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, (3) Persatuan Indonesia, (4) Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan dan Perwakilan, dan (5) Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. "Ada aspek sosial dalam sila Pancasila. Ini jangan sampai dikaburkan karena kondisi temporal. Dalam hal ini, jangan sampai aspek psiko sosial atau yang sifatnya karakter modal sosial, tergerus dan hilang karena observasi yang kurang holistik terhadap situasi saat ini. Sebagai contoh, jangan sampai pandemi menjadikan alasan suburnya sikap individualisme," jabarnya. Dan yang tak kalah penting, Ning Lia mengungkapkan pentingnya spirit optimisme. Bangkit dari pandemi Covid-19 adalah hal yang mutlak. Untuk itu, dia mengajak masyarakat untuk tak pesimis. “Vaksinasi telah digencarkan oleh pemerintah regional dan daerah. Maka harus kita bangun spirit optimis bangkit. Jika kemudian masih muncul pesimisme terhadap herd immunity, maka salah satu solusi adalah dengan memanfaatkan sekolah sebagai institusi sah dalam penguatan edukasi kesehatan. Dalam hal ini, pelajaran tematik di tingkat SD maupun biologi di tingkat SMP SMA dapat dipertajam untuk materi kesehatan,” tuntas Ning Lia. (mg3)

Sumber: