Pendemi Covid-19 dan PPKM Jadi Kendala Pelaksanaan LPPM UB

Pendemi Covid-19 dan PPKM Jadi Kendala Pelaksanaan LPPM UB

Malang, memorandum.co.id - Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Brawijaya Dr Ir Bambang Susilo MScAgr mengakui, kondisi pandemi Covid-19 dan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), menjadi kendala dalam program penelitian. Tidak hanya dalam penelitian dan pengabdian ke masyarakat, PPKM juga berefek kepada pelaksanaan kuliah kerja nyata (KKN). Ditemui di gedung LPPM UB, ia menjelaskan terutama kepada yang ke luar Pulau Jawa. "Iya, ini memang menjadi masalah dan kendala. Misalnya sudah ada jadwal penelitian, namun laboratoriumnya tutup. Namun demikian, ada yang buka. Bisa dilakukan, namun memang harus dengan protokol kesehatan," terangnya di sela sela konferensi Internasional tentang Inovasi dan Teknologi (ICIT), Senin (30/8/2021). Hal serupa, juga terjadi di pengabdian masyarakat. Terutama, tentang doktor mengabdi yang berlokasi di luar Pulau Jawa. Mengingat, dengan adanya PPKM, tidak mudah untuk melakukan perjalanan ke luar daerah. "Contohnya, untuk yang pengabdian di pulau Natuna. Beberapa sudah berangkat, namun karena kemudian berlaku PPKM, maka pendampingnya berangkat belakang menyusul," lanjutnya. Bahkan lanjutnya, untuk KKN, ada juga yang mengundurkan diri atau mundur dari waktu yang telah dijadwalkan. Hal itu bisa terjadi, salah satunya belum mendapatkan izin dari orang tua. Namun demikian, ia akan memaksimalkan, agar tetap bisa berjalan sesuai batas waktu. Karena kalau untuk pembekalan, masih bisa dilakukan. Ia menyebut, jumlah penelitian yang dibiayai secara internal baik oleh LPPM maupun fakultas, telah mencapai sekitar 200 judul penelitian. Sementara untuk pengabdian masyarakat, ada sekitar 70 judul. "Namun, jika dana dari Jakarta, masih terkendala penggabungan institusi. Dulu kan RistekDikti. Kemudian, Diktinya ditarik ke Dikbud. Selanjutnya, tahun ini Risteknya ditarik juga ke Dikbud. Sehingga, dana dana penelitian belum turun," pungkasnya. Sementara itu, dalam seminar ICIT tesebut, diharapkan bisa memunculkan inovasi dan temuan teknologi baru. Seminar inipun, diikuti secara secara daring dari berbagai negara. Menjadi agenda rutin, setiap 2 tahun sekali. Salah satunya untuk mewadahi publikasi hasil penelitian. (edr/fer)

Sumber: