Batik Wistara Berdayakan Disabilitas sebagai Karyawan

Batik Wistara Berdayakan Disabilitas sebagai Karyawan

Surabaya, Memorandum.co.id - Kurang lengkap rasanya ketika di Surabaya tidak mampir di Rumah Edukasi Batik Wistara, Jalan Tambak Medokan Ayu, gang VI-C/56B, Surabaya. Di sini ada yang berbeda dibandingkan produk-produk batik yang ada di Surabaya. Di mana, seluruh karyawan yang digawangi Ariyono Setiawan, pemilik Rumah Edukasi Batik Wistara sejak 2010 ini adalah disabilitas dari berbagai daerah. Mereka yang dikaryakan ini mengerjakan jahitan ketika customer membeli kain batik dan meminta dijahitkan sekalian. "Beli kain di sini gratis jahit," ujar Teguh Iman Hidayat, salah satu karyawan Rumah Edukasi Batik Wistara. Tambah Teguh yang baru bergabung 2018 ini, bahwa rata-rata karyawan di sini disabilitas termasuk dirinya yang juga penyandang tuna daksa ini. "Ada yang tuna rungu, tuna wicara. Mereka dari yayasan disabilitas berbagai daerah yang bekerjasama dengan Pak Ari," jelasnya. Untuk motif batik, tambah Teguh, bermacam-macam dan itu juga bisa dipesan sesuai dengan keinginan pembeli. "Ada yang batik Surabaya, semanggi. Bisa juga request tapi dalam jumlah besar, biasanya dari dinas atau kelembagaan," ujar Teguh. Untuk Batik Wistara sudah memiliki batik mark dari balai besar batik Yogyakarta yaitu batik kombinasi artinya batik cap dan batik tulis. "Karena pesanan yang skala besar dan terbatasnya kemampuan SDM di Batik Wistara maka dibantu saudara yang ada di Pekalongan untuk memproduksi dan mewarnai. Untuk desain motif tetap dari Pak Ari yang mendesain," ujar Teguh. "Pak Ari yang mendesain lalu dikirim ke Pekalongan. Setiap kain jadi lima sampai tujuh motif yang berbeda-beda," tambahnya. Untuk harga ditawarkan berkisar Rp 200 ribu-Rp 500 ribu tergantung dari pewarnaan dan jenis kain. "Termasuk kesulitannya. Semakin sulit harga semakin mahal," jelasnya. Selain melayani penjualan batik secara langsung maupun online, Rumah Edukasi Batik Wistara juga memberikan pembelajaran dasar-dasar batik. "Biasanya dari sekolah-sekolah atau lembaga datang ke sini untuk belajar membatik. Kita ajari mulai dari awal sampai jadi kain batik," tambah Teguh. Kreatifitas karyawan di Rumah Edukasi Batik Wistara terus berinovasi meski kondisi pandemi Covid-19. Salah satunya dengan membuat masker yang dijual secara offline atau online. "Kalau penghasilan tetap masih ada. Kita juga membuat masker, untuk yang dua lapis dijual Rp 5.000 dan empat lapis dijual Rp 10 ribu," pungkas Teguh. Sementara itu, Ariyono Setiawan, pemilik Rumah Edukasi Batik Wistara menambahkan, bahwa selama pandemi ini omzet menurun sampai 70 persen. "Tapi kami tetap bersyukur karena teman-teman masih semangat untuk bekerja," singkat Ari. Disinggung soal arti Batik Wistara, Ari menjelaskan bahwa Wistara adalah wis ketoro. "Sudah nampak atau sudah jelas," tambah Ari. (fer)

Sumber: