Kisah Polisi Bertahan di Tengah Pandemi dengan Bakso 27

Kisah Polisi Bertahan di Tengah Pandemi dengan Bakso 27

Surabaya, Memorandum.co.id - Arif Harmoko atau biasa dipanggil Mas Arif merupakan sosok yang tak asing lagi di lingkungan Pengadilan Negeri Surabaya. Baik di kalangan pegawai dan para kuli tinta yang mencari berita hukum. Pria yang berprofesi sebagai polisi dengan pangkat Bripka tersebut terkenal tegas, ramah dan murah senyum. Namun, di balik itu semua, pandemi Covid-19 rupanya turut berpengaruh terhadapnya. Ia merasa dilema dengan kebijakan PPKM yang diterapkan oleh pemerintah saat ini. Di satu sisi sebagai anggota Polri dia harus menegakkan peraturan. Di sisi lain, sebagai pemilik warung dia juga terdampak. Sebab, selain menjadi seorang polisi, Arif juga memiliki warung yang khusus menyajikan makanan yang tak asing bagi masyarakat yaitu bakso. Untuk menyiasati pemberlakuan PPKM tersebut, Arif lantas berinovasi agar warungnya tetap diminati pelanggan dan tetap mematuhi peraturan PPKM. Warung Bakso 27 di Jalan Raya Kupang Jaya Nomor 7 adalah milik polisi yang menjabat selama 5 tahun sebagai koordinator keamanan di PN Surabaya itu. Terlihat, pembeli yang silih berganti masuk untuk menikmati hidangan bakso milik Arif. Sebagian ada yang makan di tempat, sebagian pelanggan lain memilih makanan pesanannya dibungkus untuk dibawa pulang. Warung itu mulai melayani makan di tempat sejak peraturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) memperbolehkan makan di tempat maksimal 20 menit. "Pelanggan sudah punya kesadaran sendiri. Selesai makan, ya sudah pulang. Tidak sampai kami ingatkan karena lebih dari 20 menit," ujar Arif, Jumat (27/8). Tidak jarang pada satu waktu banyak pengunjung yang ingin makan di tempat. Sedangkan kapasitas warung terbatas karena harus menerapkan jaga jarak. Kalau sudah begitu, Arif dan para karyawannya menyarankan pelanggannya untuk membungkus makanannya atau makan di mobil. "Makanan kami antarkan di mobil pelanggan yang parkir di samping warung," katanya. Arif harus memutar otak untuk berinovasi agar warungnya tetap bisa melayani pelanggan selama pandemi. Sebagai anggota Propam Polrestabes Surabaya, dia merasakan dilema. Di satu sisi sebagai anggota Polri dia harus menyukseskan PPKM dengan menerapkan peraturan. Di sisi lain, Arif yang punya usaha warung tidak dipungkiri juga terdampak kebijakan tersebut. Dia terpaksa menutup dua cabang warungnya di Jalan Argopuro dan Kalijudan karena sepi pengunjung selama PPKM. Omsetnya menurun drastis. Jika pada saat hari normal dia mampu menjual rata-rata 500 porsi, ketika dibatasi hanya boleh dibungkus, dia hanya menjual rata-rata 150 porsi bakso sehari. "Terasa pada saat PPKM Darurat kemarin. Covid sedang tinggi-tingginya. Banyak pembeli punya rasa takut sendiri. Pembatasan jam malam dan tidak boleh makan di tempat mempengaruhi berkurangnya omset," tuturnya. Pria 35 tahun ini juga berusaha untuk mempertahankan karyawannya meski warung sepi. Dari 15 karyawan, dia hanya terpaksa merumahkan tiga orang. Dia memilih yang masih mudah karena masih bisa mencari pekerjaan lain. "Rata-rata yang kerja di sini tulang punggung keluarga. Kasihan kalau harus dikurangi meskipun kondisi sekarang menurun. Ada yang orang tuanya tidak bekerja, istri hamil," katanya. Berbagai inovasi dicobanya agar tetap bertahan. Arif memaksimalkan fungsi media sosial. Dia juga memanfaatkan aplikasi layanan pesan antar. Diskon di aplikasi berani dia pasang agar pelanggan tertarik untuk memesan. Meskipun laba yang didapatkan berkurang. Sejumlah influencer juga membantunya untuk mengulas menu yang dijualnya. "Kami juga buat video konten-konten menarik supaya penonton di media sosial penasaran dan tertarik datang ke sini," ujarnya. Selain itu, Arif juga tetap menjaga kualitas menu yang disajikannya. Menurut dia, baksonya memiliki perbedaan dengan kelengkapan toping berupa jeroan sapi, kikil hingga sumsum iga. Semuanya berbahan daging sapi. Bumbunya menggunakan rempah-rempah alami. Kaldunya murni dari sumsum sapi. "Kualitas tidak boleh berubah meski kondisi seperti ini. Kami harus meningkatkan kreatifitas agar bisa bertahan," katanya. Kini dengan inovasi dan kreativitasnya untuk bertahan di tengah pandemi, perlahan mulai banyak pelanggan yang datang. Dia kini sudah membuka satu cabang di Sidoarjo setelah dua warung cabangnya sempat tutup. Gaji karyawannya juga tidak dipotong. Arif berharap baksonya bisa menjadi makanan khas Surabaya. (mg5)

Sumber: