Kembang Desa Janda 2 Kali (2)

Kembang Desa Janda 2 Kali (2)

Suami Meninggal saat Gituan

Sukana langsung dinikahkan setelah lulus SMA. Pesta digelar jauh lebih meriah ketimbang tasyakuran dulu. Istri pertama dan kedua ikut duduk di pelaminan. Meriah! Kehidupan Sukana berubah total. Dia diperlakukan bak ratu. Tentu saja ini sempat menimbulkan iri dengki istri-istri Kang Kepet yang lain. Walau begitu, mereka tidak berani semena-mena menunjukkan sikap. Sayang, sebelum janji menguliahkan Sukana terwujud, Kang Kepet terburu meninggal. Terkena serangan jantung ketika gituan vs Sukana. Tubuhnya terkulai lemas di atas tubuh istri terbarunya tersebut. Wal hasil Sukana hanya bisa menikmati kehidupan rumah tangga dalam hitungan bulan. Kini dia bagai terjepit di antara dua bukit yang seolah ambruk ke arahnya. Istri-istri Kang Kepet terdahulu kini tidak segan-segan lagi memperlakukan Sukana secara kasar. Yang mengerikan, kedua wanita itu juga terang-terangan berebut harta warisan bak tidak ada hukum waris. “Sukana yang belum lama menjadi keluarga Kang Kepet tidak berani ikut campur. Dia kembali ke rumah orang tuanya dan melanjutkan ngamen bersama saudara-saudara sepupunya,” kata pengacara Sukana. Sukana kembali ke habitatnya menghibur masyarakat melalui grup musik dan suara merduanya. Tentu, juga goyangan-goyangannya. Status janda kembang menjadikan namanya melambung tak terbedung. Semakin banyak job mengalir. Juragan-juragan kapal dan juragan pengolahan ikan bahkan seolah berebut menggantikan posisi Kang Kepet. Jadwal pentas Sukana berderet lebih dari enam bulan. “Banyak juragan yang mencoba melamar Sukana, tapi tidak ada satu pun yang diterima. Sukana lebih tertarik kepada seorang guru SMA yang terlihat alim dan sederhana,” kata pengacara yang pernah menggeluti dunia jurnalistik ini. Guru itu, sebut saja Matrukan, masih jomblo dan dikenal juga sebagai ustaz. Dia sering menjadi imam dan memberikan tausiyah di masjid sebelah kanan rumah Sukana. Kenyataan lain, Sukana sebenarnya sudah lama naksir Matrukan, tapi tidak berani mengungkapkan. Dia takut dianggap melanggar norma-norma ketimuran, walau di daerahnya sudah biasa keluarga perempuan melamar pihak pria. “Di masjid sebelah rumah Sukana, Matrukan juga mengajar ngaji. Sukana sering saling lirik setiap bertemu. Dan, Sukana yakin ketertarikannya kepada Matrukan tidak bertepuk sebelah tangan,” ujar pengacara asal Madura ini. Setelah tak kuat memendam rasa, akhirnya Sukana memberanikan diri minta tolong saudara sepupunya yang biasa nabuh kendang untuk menyampaikan isi hatinya kepada Matrukan. (jos, bersambung)  

Sumber: