Forum Mahasiswa Kesehatan Internasional, Unusa Sharing Penanganan Covid-19 Berbagai Negara
Surabaya, memorandum.co.id - Pandemi Covid-19 tidak menyurutkan mahasiswa di lingkungan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) untuk berkegiatan dan belajar. Justru sebaliknya, pandemi dijadikan sebagi topik sekaligus momentum untuk berbagi pengalaman terkait dengan virus corona terhadap upaya apa yang dilakukan di beberapa negara. Termasuk salah satunya membahas seputar penanganan dan proses pembelajaran mahasiswa Prodi Keperawatan dan Prodi Kebidanan. Melalui kegiatan Forum Mahasiswa Kesehatan Internasional (Nunimal --Nursing and Midwifery International) Student Forum, bertema How The World Change as a Response to Covid-19, lebih dari 800 mahasiswa dari 16 perguruan tinggi, termasuk dari luar negeri (Filipina, Taiwan, Malaysia dan Timor Leste), menjadi peserta dan mendengarkan materi terkait dengan pengalaman beberapa negara dalam menangani Covid-19. Kegiatan yang digelar Sabtu (24/7) melalui zoom meeting dan streaming youtube ini menghadirkan lima pembicara, masing-masing Dr Sonia Reisenhofer dari La Trobe University Australia, Tomoko Hasegawa PhD dari University Fukui Jepang, Dr Duangporn Piyakong dari Naresuan University Thailand, M Muslih, S.Kep.Ns kandidat doktor dari Taipe Medical University Taiwan, dan Ika Mardiyanti, SST., M.Kes dari Unusa. Tak berbeda jauh dengan apa yang terjadi di Indonesia, di Australia, kata Sonia Reisenhofer mengawali, masalah informasi yang beredar di internet juga perlu disaring, karena banyak pula yang informasinya hoaks. Kini kondisi di Australia sedang menggalakkan kegiatan vaksinasi untuk semua warga. "Tenaga kesehatan menjadi ujung tombak dalam upaya vaksinasi warga," ujar Sonia. Sementara itu, Dr Duangporn Piyakong dari Thailand menjelaskan, beberapa hal yang dijalankan di Indonesia seperti menjaga jarak, menggunakan masker, mencuci tangan, dan pemeriksaan suhu tubuh, juga dilakukan di Thailand. "Selain itu Thailand menggunakan metode preparation, responding, coping, and recovery untuk menangani virus Covid-19," ungkapnya. Sedang Tomoko Hasegawa Ph.D., MPH., menjelaskan, Jepang begitu peduli terhadap para tenaga kesehatan (nakes), karena itu penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) menjadi salah satu cara negeri sakura itu dalam melindungi tenaga kesehatan. Untuk melakukan rekam medis, klinik di perguruan tinggi Tomoko Hasegawa melakukannya secara elektronik. Ini dilakukan untuk mempermudah tenaga kesehatan dalam menginput rekaman kesehatan pasien sekaligus melindungi tenaga kesehatan dan mempercepat pekerjaan perawat. "Kami menggunakan alat yang dapat mencatat rekam medik dari pasien, sehingga dapat memudahkan perawat dalam menangani pasien. Program ini mencatat betul rekam medik pasien secara digital jadi penanganan dapat lebih baik lagi," terangnya. Terakhir, Rektor Unusa Prof Dr Ir Achmad Jazidie menambahkan, kegiatan yang baru pertama digelar mahasiswa FKK berskala internasional ini merupakan sebuah langkah maju bagi Unusa. "Kegiatan dalam bentuk berbagi pengalaman ini bisa menambah wawasan bagi para mahasiswa tentang bagaimana negara lain dalam menangani pandemi serta bagaimana proses pembelajaran berlangsung di sana," paparnya. Sehingga menurut Rektor Unusa, pengalaman-pengalaman yang dilakukan di negera-negara tersebut bisa dijadikan contoh tentang keberhasilan mereka dalam menangani pandemi Covid-19. "Melalui kegiatan ini saya berharap mahasiswa juga dosen bisa terpacu untuk belajar hal-hal yang positif terkait dengan upaya penanganan pandemi Covid-19," pungkas Prof Jazidie. (mg3)
Sumber: