Sahabat Kenthel Banget (3)

Sahabat Kenthel Banget (3)

Tuduh Istri Selingkuh

Pikiran negatif langsung menyerang otak Hasan. Dia mencurigai istrinya ada main dengan Amin. Ngapain pria itu pagi-pagi sudah nyamperin Yuni dan berdiri mesra di belakang istrinya. Ngapain juga tangannya gentayangan di depan dada istrinya? Secara halus Hasan lantas mengusir Amin. Dikatakan bahwa dia, Yuni, dan anak-anak akan sambang orang tua di Mojokerto. Begitu Amin pergi, Hasang langsung memarahi istrinya. Berjuta kecurigaan disampaikan. Berjuta caci maki dilontarkan. Untungnya Yuni tidak menanggapi dengan emosi. Dengan santai dia jelaskan bahwa tadi Amin sedang mengajarinya menjalankan bisnis online, bagaimana mengoperasikan aplikasi-aplikasi di internet dan lain-lain. Hasan tidak percaya begitu saja. Darahnya membara. Apalagi, dia ingat-ingat pernah mendengar Amin memuji-muji Hasan yang pandai memilih istri. Sudah cantik, baik hati lagi. “Jujur aku cemburu,” tegas Hasan. Kecemburuan Hasan semakin menjadi-jadi ketika suatu saat menemui Yuni dan Amin jalan bersama di jalan masuk kompleks perumahan. Meski mereka tidak bergandengan, tapi posisi jalannya mepet banget. “Yuni langsung kutarik menjauh. Aku sendiri sampai hampir jatuh tersandung kaki kananku yang pincang,” kata Hasan, kemudian tersenyum kecut. Waktu itu Hasan sedang jalan pagi muter-muter kompleks perumahan. Diperlakukan seperti itu Yuni tersinggung. Ia balik memarahi suaminya, lalu pergi begitu saja. Tinggal Hasan dan Amin yang sama-sama diam. Amin bahkan spontan pamit dan balik kucing, entah ke mana. Di rumah, kemarahan Hasan masih berkobar. Dia kata-katai Yuni dengan hal-hal yang tidak sopan. Tapi, rupanya Yuni sudah bisa menjinakkan amarah. Apalagi di depan anak-anak. Pelan-pelan Yuni menjelaskan bahwa kecemburuan Hasan sangat tidak logis. Tidak mungkin Amin tega bermain api dengannya (Yuni) di belakang Hasan. Sangat tidak mungkin. “Tadi aku ke (Yuni menyebutkan nama minimarket, red) dekat gerbang kompleks perumahan untuk beli gula. Kebetulan di toko itu aku ketemu Mas Aman, yang katanya akan dolan ke rumah. Makanya kami jalan bareng,” begitu Yuni memberi penjelasan kepada Hasan. Penjelasan Yuni ternyata tidak diterima Hasan begitu saja. Beberapa keramik hias dibanting dengan kasar. “Aku memang sudah loyo. Tidak seperti dulu. Tapi jangan menyeleweng di depan mata,” teriak Hasan, yang menjelaskan bahwa waktu  itu ungkapkannya sangat kasar dan keras. Yuni diam saja. Dia bahkan balik badan dan mengajak anak-anak menjauh. Berpindah ke ruang tengah rumah meninggalkan Hasan termangu-mangu sendirian. Hasan semakin dongkol dan merasa tidak dihargai sama sekali. Dia masuk kamar, membanting pintu keras-keras, dan melemparkan tubuh ke atas kasur. Dia bertekad bakal menceraikan istrinya. “Besok aku akan ke PA,” katanya bertekad. (jos, bersambung)  

Sumber: