Sahabat Kenthel Banget (2)

Sahabat Kenthel Banget (2)

Lembek dan Tidak Perkasa

Hampir 15 tahun berumah tangga, Hasan-Yuni dikaruniai tiga putra-putri yang cantik dan ganteng. Ketiganya pandai-pandai. Hasan merasakan hidupnya amat sempurna. Hingga suatu hari Hasan menemui nasib buruk. Secara tiba-tiba terserang stroke. Wajahnya menceng. Setelah hampir sebulan dirawat di rumah sakit, lelaki yang hobi bermain badminton ini diperbolehkan pulang. Tapi tidak seperti dulu, kini Hasan menderita cacat. Kata dokter cacat permanen akibat pembuluh darah di otaknya pecah dan sarafnya rusak. “Jalanku pincang dan mataku yang sebelah kiri terganggu,” aku Hasan. Mata kirinya hanya bisa melihat separuh bawah. Kalau melihat orang berdiri di depannya, misalnya, yang terlihat oleh Hasan hanya perut ke bawah. Sedangkan perut ke atas hanya tampak bayangan hitam. Cacat lain yang dirasakan Hasan adalah kelelakiannya menurun sangat tajam. Dia tidak mudah terangsang dan senjatanya menjadi lembek. Penampilannya tidak sekeras dan seperkasa dulu. “Sampai sekarang,” tegasnya. Selain tubuhnya yang rusak, Hasan harus menerima kenyataan buruk yang lain: dipecat dari pekerjaan. Di-PHK! Tentu ini menjadi pukulan telak. “Beruntung ada sahabat lama, sahabat kenthel banget, yang masih ingat aku,” kata Hasan. Dia yang sering mengujungi Hasan dan memberi semangat. “Hampir setiap akhir pekan dia datang ke rumah,” kata Hasan, yang menambahkan bahwa temannya tersebut memiliki bisnis online yang sudah mapan. Namanya sebut saja Amin. Hasan dan Amin berteman sejak remaja. Sejak duduk di bangku SMP, saat mereka masih tinggal di kampung kumuh kawasan Kenjeran. Kini kebetulan keduanya tinggal di kompleks perumahan yang berdempetan di kawasan Surabaya Barat. Suka-duka kehidupan sering mereka rasakan bersama. Antara lain pernah sama-sama diciduk polisi gara-gara terlibat tawuran antar pelajar. Juga, diamankan ketika tepergok mengikuti balap liar dengan taruhan lumayan besar. “Kami juga sering mbeling wanita bareng,” aku lelaki yang kini belum bisa pulih dari cacat pascastroke itu. Hasan bahkan mengaku tidak mungkin bisa pulih. Yang lebih mungkin justru terjadi serangan susulan. Serangan kedua, ketiga, dan seterusnya. Dan bila itu terjadi, dampaknya akan lebih parah. Untuk menjaga agar hal tersebut tidak sampai terwujud, Hasan diasarakan dokter menjaga kesehatan dengan mengubah pola makan, pola istirahat, dan olahraga ringan rutin setiap hari. Kini sebelum sarapan Hasan membiasakan jalan-jalan keliling separuh kompleks perumahan. Dua atau tiga kali selama hampir 20-30 menit. Hingga suatu saat dikejutkan pemandangan yang mengagetkan. Hasan samar-samar dengan matanya yang tidak sempurna melihat Yuni duduk di depan meja belajar anaknya di ruang tamu, menghadap laptop yang menyala. Di belakangnya berdiri Amin dengan kedua tangan menjulur melewati pundak sang istri. Keduanya amat terkejut ketika sadar Hasan berada di depan mereka. (jos, bersambung)      

Sumber: