Rezeki Anak Saleh (4-habis)

Rezeki Anak Saleh (4-habis)

Nikahi Sepupu Istri

Ketika Hendar sedang berdiskusi dengan Ikin, di kejauhan tampak sebuah mobil sedan hitam berhenti. Tiga perempuan cantik turun. Hendar kaget. Mereka adalah Siti, Heni, dan seorang lagi yang tidak dikenal Hendar. Dari wajahnya yang separuh tertutup masker, yang dikenal dan disebut Hendar hanya Siti istrinya dan Heni ibunya. “Mereka juga Pak Ikin undang tah?” kata Hendar dengan tanda tanya. “Nggak. Belum. Rencananya baru besok atau lusa.” “Pak Ikin kenal siapa yang digandeng istri saya dan Ibu?” “Nggak. Belum.” Langkah mereka semakin dekat dengan pintu kantor. Ikin dan Hendar berdiri, keluar, dan menyambut ketiganya. “Tadi Umik mencarimu di rumah. Tidak ada,” kata Heni kepada Hendar setelah duduk bersama di kantor Ikin.. “Umik lantas menelepon Siti. Ngakunya dia berada di Gresik. Umik langsung ke sana. Begitu ketemu, dia nangis-nangis. Katanya dia sedang bertengkar keras sama kamu. Bahkan menggugat cerai kamu,” imbuh Heni. Hendar diam. Siti juga. Yang lain pun diam. “Tapi alhamdulillah semua sudah beres,” kata Hen lagi. “Maksud Umik?” tanya Hendar. “Kenalkan. Ini Sinta,” kata Heni kepada Hendar memperkenalkan perempuan yang dia gandeng bersama Siti saat menuju kantor Ikin tadi. “Dia kerabat Siti. Ketika kecil bahkan ikut keluarga Siti karena keluarganya sendiri kurang mampu. Mereka sangat akrab. Setelah lulus SMA baru pisah,” kata Heni menceritakan latar belakang siapa Siti. Heni menambahkan bahwa Sinta adalah pengurus yayasan yatim piatu yang setiap bulan selalu didonasinya. Sinta dikenal Heni sebagai gadis yang baik. Kepribadian gadis ini mampu memesonanya. Setelah Hendar dan Ikin paham siapa Sinta, Heni melanjutkan berkata bahwa gadis inilah yang rencananya dijodohan sama Hendar. “Saya sudah menceritakan latar belakang saya minta Sinta menikah denganmu,” tutur Heni sambil menepuk pundak Hendar. Semula Sinta menolak. Katanya tidak enak sama Siti. Tapi setelah diyakinkan Heni bahwa semua akan dilakukan secara terbuka, dalam arti Siti akan dimintai izin terlebih dulu, ternyata sudah pecah kesalahpahaman. Sebelum ditemui, Siti kadung marah sama Hendar dan berencana menggugat cerai melalui Ikin. “Nah, tadi Siti sudah saya mintai restu mengikhlaskan kamu menikahi Sinta. Ternyata dia tidak keberatan. Bahkan bersyukur bisa berbagi kebahagiaan bersama saudara yang dia sayangi,” kata Heni sambil kembali menepuk-nepuk pundak anaknya. Mendengar penjelasan ibunya, Hendar hanya diam. Menunduk malu-malu. Toh Memorandum sempat menangkap ada senyum bahagia di bibirnya. “Kamu nggak keberatan kan?” tanya Heni. Hendar masih diam. Dia lirik Siti. Yang dilirik tersenyum agak kaku. (jos, habis)  

Sumber: