Dua Profesor UB Dikukuhkan, Ahli Kimia Analitik dan Ekologi Tanaman

Dua Profesor UB Dikukuhkan, Ahli Kimia Analitik dan Ekologi Tanaman

Malang, memorandum.co.id - Universitas Brawijaya (UB) kembali mengukuhkan dua profesor baru, di Gedung Widyaloka UB, Rabu (30/06/2021). Prof Dr Ani Mulyasuryani, MS sebagai profesor bidang ilmu kimia analitik. Profesor aktif ke-24 dari Fakultas MIPA, ke-197 di UB dan ke-281 dari seluruh profesor yang dihasilkan UB. Sementara Prof Dr Ir Nurul Aini MS sebagai profesor bidang ilmu ekologi tanaman. Profesor aktif ke-42 dari Fakultas Pertanian, ke-198 di UB, serta ke-282 dari seluruh profesor yang dihasilkan UB. Dalam orasinya, Prof Ani menyampaikan sensor elektrokimia untuk deteksi residu pestisida pada sayur dan buah. Menurutnya, penggunaan pestisida secara berlebihan, tidak tepat, bahkan ilegal masih terjadi. Beberapa peneliti menemukan, kadar residu pestisida pada teh komersial. "Hal ini harus menjadi perhatian pemerintah untuk melakukan kontrol. Untuk itu, diperlukan alat untuk mendeteksi kadar pestisida dalam pangan," terangnya. Saat ini lanjutnya, sudah ada metode yang direkomendasikan SNI. Untuk penentuan kadar residu pestisida. Namun memerlukan sampel yang cukup, sehingga akan terjadi penumpukan sampel. Selain itu, diperlukan operator yang mempunyai kompetensi khusus. Dengan metode elektrokimia, dapat dipertimbangkan untuk deteksi residu pestisida. Karena sangat memungkinkan untuk dikembangkan. Menjadi instrumen yang portable mengontrol keamanan pangan "Dengan sensor elektrokimia dapat diaplikasikan untuk mendeteksi kadar residu pestisida dalam sampel buah sayuran," lanjutnya. Karena, menggunakan sensor berbasis enzim, screen printed electrode dua elektroda, indikator dan refenrensi. selain itu, screen printed electrode tiga elektroda, yakni elektroda kerja, referensi dan elektroda counter. Sementara, Prof Nurul menyampaikan tentang strategi pengelolaan produksi tanaman, guna peningkatan produktivitas lahan salin. Menurutnya, salinitas tanah salah satu ancaman bagi keberlanjutan pertanian. Sebuah proses meningkatnya kadar garam mudah larut di dalam tanah. "Salinitas tanah di Indonesia, umumnya terjadi di lahan pertanian dekat pantai. Disebabkan intrusi air laut, karena meningkatnya air laut disebabkan perubahan iklim," terangnya. Kebanyakan tanaman yang mengalami cekaman salinitas, kata Nurul, menunjukkan penurunan hasil. Dikarenakan kadar garam tinggi. Sehingga menghambat penyerapan air, oleh akar tanaman. "Untuk itu, perlu peningkatan hasil per satuan luas lahan. Dengan meningkatkan Nilai Kesetaraan Lahan (NKL), melalui pengaturan pola tanam yang tepat," lanjutnya. Upayanya, dengan pengembangan varietas tanaman, pemanfaatan bakteri endemik, perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah dan pengaturan pola tanam. Itu semua, untuk meningkatkan produktivitas lahan salin per satuan melalui peningkatan nilai NKL. (edr)

Sumber: