Cinta 1 Wanita 3 Lelaki (1)
Adem Ayem Bersama Pejabat
Menjanda bukanlah pilihan Indah (samaran). Apalagi sampai dua kali. Tapi, itulah fakta yang harus dia hadapi. Pada perkawinan keduanya Indah bahkan dapat bonus putri remaja. Anak tiri tadi, sebut saja Titin, sempat ikut neneknya pasca sang ayah meninggal, sekitar tiga tahun lalu. Indah yang tipe ibu rumah tangga sejati tidak lama mampu bertahan menyendiri. Untuk yang ketiga, Indah menikah lagi sekitar setahun yang lalu. Dia dipersunting duda tanpa anak yang bekerja sebagai sekuriti klub malam. Sebulan-dua bulan, rumah tangga mereka berjalan adem ayem. Tubuh sang suami, sebut saja Bondan, yang atletis sering mengundang jelalatan mata tetangga. Terutama tetangga wanita, baik yang masih muda maupun yang sudah bau tanah. Indah mengaku sejak menikah dengan Bondan, banyak tetangga yang menuduhnya kawin hanya mencari kepuasan jasmani. Sebab, Bondan amat jauh dibandingkan suami-suaminya terdahulu. Utamanya dalam status sosial dan budi pekerti. Suami pertama Indah adalah pejabat di lingkungan kantor pemeritahan. Namanya sering masuk koran dan televisi. Orangnya santun dan pandai menghargai orang lain. Posisinya yang basah membawa keluarga Indah hidup bergelimang harta. Dia meninggal karena serangan jantung pada usia yang masih muda. Mereka tidak dikaruniai momongan, sehingga peninggalan harta sang suami jatuh ke tangan Indah. Hanya sebagian yang dibagikan ke sadara-saudara suami. Suami kedua tak jauh status sosialnya dibandingkan yang pertama. Dia seorang pengusaha. Duda beranak satu. Remaja putri, sebut saja Tini. Bukan pengusaha papan atas, tapi juga bukan pengusaha ecek-ecek yang mudah disapu gelombang ekonomi. Sayang, nasibnya hampir sama dengan suami Indah yang pertama: direnggut satu penyakit. Pria santun tersebut terkena stroke. Pembuluh darah di batang otaknya pecah. Dokter tak berani mengoperasi karena risikonya terlalu besar. Peluang selamatnya hanya 10 persen. Alternatif lain untuk meluruhkan darah yang menggenang di otak adalah meneteskan obat melalui lubang hidung. Tapi belum sempat hal itu dilakukan, suami kedua Indah terlebih dulu meninggal. Indah dan Tini hanya sanggup meratapi kebergiannya. “Kedua suamiku nasibnya sama. Meninggal karena penyakit,” kata Indah kepada pengacara di kantornya, sekitar Pengadilan Agama (PA) Surabaya, yang lalu dikisahkan ke Memorandum. Dengan kondisi ekonominya yang ada, sebenarnya Indah dapat melanjutkan hidup tanpa bergantung kepada lelaki. Tinggal meningkatkan ibadah untuk bekal sesudah mati. Namun, bukan itu pilihan Indah. Suatu saat Indah bertemu Bondan yang bekerja sebagai sekutiri tempat hiburan malam. Orangnya biasa saja. Tidak ganteng, tapi juga tidak jelek-jelek amat. Yang menarik bodinya. Sangat atletis. Seksiii… sekali! Saat Indah memutuskan nikah vs Bondan, para tetangga di kawasan Wonokromo menuding wanita ini hanya mengejar kenikmatan biologis. Apalagi, perilaku Bondan sangat berbeda dengan sifat-sifat suami Indah sebelumnya. Bondan sangat kasar dan grusa-grusu. (jos/bersambung)Sumber: