Warga Madura: 3×24 Jam Tidak Ada Perubahan, Kami Kembali Datang Lagi
Surabaya, memorandum.co.id - Sedikitnya 500 orang yang terdiri dari warga Bangkalan, Sampang, dan Sumenep menyerbu Balai Kota Surabaya, Jalan Walikota Mustajab, Senin (21/6/2021). Peserta aksi unjuk rasa dipimpin oleh satu mobil komando dengan truk jenis fuso melintas di Jembatan Suramadu tanpa ada hambatan. Mereka berangkat pukul 09.00 dan sampai pukul 12.00 di Balai Kota Surabaya dengan membawa tiga tuntutan. Pertama, hentikan penyekatan yang diskriminatif. Kedua, hentikan tes swab antigen, dan yang ketiga Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi diminta untuk minta maaf. "Kami meminta pak Eri Cahyadi untuk keluar menemui kami dan mendengarkan langsung aspirasi kami. Sebelum itu terjadi, kami akan terus ada di depan Balai Kota," seru orator yang bernama Ahmad Annur itu di atas mobil komando. Situasi di lapangan sempat menegang dan terjadi perdebatan yang cukup alot antara orator dengan Kepala BPB Linmas Surabaya, Irvan Widyanto. Warga Madura menolak mengirimkan perwakilannya untuk masuk ke dalam seperti yang diminta oleh Irvan. Pada akhirnya pihak Balai Kota mengalah. Wali Kota Eri Cahyadi yang ditunggu pun muncul dan menyapa para demonstran di balik pagar. Mengawali perjumpaannya dengan ratusan warga Madura, Eri Cahyadi merapalkan salawat. Pada kesempatan ini, dia didampingi oleh Danrem 084/Bhaskara Jaya Brigjen TNI Herman Hidayat Eko Atmojo, dan Kapolrestabes Surabaya Kombespol Jhonny Edison Isir. "Sederek-sederek ngapunten nggih, saya bingung kalau ditanya apakah saya mendiskriminasi warga Madura, padahal mertua saya, kakek saya itu Madura, saudara saya juga Madura," urai Eri. Eri Cahyadi lantas mulai menjelaskan hal-ikhwal yang dikeluhkan warga Madura. Bahwa pada dasarnya, penyekatan dan tes swab di Jembatan Suramadu bukanlah kebijakan Wali Kota Surabaya, melainkan keputusan dari Forkopimda Jatim. "Saya hanya menjalankan apa yang diperintahkan oleh Forkopimda Jatim. Saya dan Bupati Bangkalan hanya menjalankan tugas. Hal itu juga untuk kebaikan kita bersama," papar Eri Cahyadi. Soal desakan warga Madura untuk menghentikkan penyekatan dan tes swab di Jembatan Suramadu, Eri Cahyadi belum bisa mengabulkan. Namun pihaknya berjanji akan melaporkan hasil pertemuan sore itu ke Forkopimda Jatim. "Keputusan ini akan dibicarakan terlebih dahulu dengan bu Gubernur Jatim. Hari ini saya akan menemui dan mendiskusikan ini bersama bu Gubernur dan Forkopimda Jatim. InsyaAllah akan saya sampaikan aspirasi njenengan hari ini juga, jadi mohon bersabar dan ditunggu dengan hati yang dingin," jelasnya. Sementara itu, Ahmad Annur selaku koordinator massa menjelaskan, bahwa penyekatan dan tes swab sangat merugikan dan dinilai tidak berfaedah. "Perekonomian kami goyang, setiap hari harus dites swab, bisa-bisa kami mati bukan karena korona tapi karena infeksi. Kami tetap menuntut penyekatan di Jembatan Suramadu dihentikan, mau sampai kapan ini terus dilakukan," keluhnya. Usai rampung curhat selama satu jam lebih di hadapan Wali Kota Surabaya, warga Madura mulai membubarkan diri satu per satu. Mereka pulang dengan mewanti-wanti keputusan dari Forkopimda Jatim. "Kami menunggu evaluasi dari pemerintah kota dan bu Gubernur Jatim. Kami akan kembali menuntut dengan massa yang jauh lebih banyak apabila dalam 3x24 jam masih ada penyekatan dan tidak ada perubahan," tegasnya. (mg3)
Sumber: