Kakek Lansia Ingin Nikah Lagi (1)
Plegak-Pleguk tapi Masih Greng
Ini kisah pria lanjut usia (lansia). Namanya sebut saja Hardi. Penampilannya lucu. Kepala plontos dan gaya bicaranya plegak-pleguk. Dia didampingi anaknya, Imran (samaran), saat duduk di ruang tunggu Pengadilan Agama (PA) Surabaya. “Dari dulu memang begitu. Sudah tiga tahun ini Bapak menduda pasca wafatnya Ibu. Kini beliau tinggal bersamaku,” kata Imran. Setelah tahu orang di depannya wartawan Memorandum, Imran bercerita bahwa ayahnya suka baca Memorandum. Koran ini sudah lama dia gemari. “Suatu hari Bapak memanggil. Tahu apa yang beliau bicarakan?” tanya Imran melempar teka-teki. Wajahnya seperti berusaha membentuk ekspresi senyum, tapi yang terlihat malah seringai. “Bapak minta dicarikan istri,” kata Imran menjawab pertanyaannya sendiri. Memorandum ndlongop. Tidak percaya apa yang barusan diucapkan Imran, “Ya. Ayah ingin kawin lagi.” Bukan tanpa alasan Hardi ingin menikah lagi. Pertama, dia sudah menduda cukup lama. Sekitar tiga tahunan. Lebih. Kedua, pada malam hari sering kedinginan dan gringgingen sekujur tubuh. Godaan paling berat dirasakan Hardi muncul saat melihat televisi atau diajak jalan-jalan anak, menantu, dan cucu-cucunya ke mall. “Kowe mesti paham gambar opo sing sliwar-sliwer nang tipi barek polah tingkahe arek wedok sing kluyuran nang mall,” kata Imran menirukan Hardi saat menjelaskan alasannya minta kawin lagi. Kata Imran, ayahnya mengaku tidak ingin menjadi berita seperti mbah-mbah di koran dan televisi, digelandang polisi karena berbuat tidak senonoh kepada perempuan. ”Bapak pancen wis tuwek Le, tapi jik greng. Yok opo nek dadakan lepas kontrol? Mangkane ndang dolekno bojo,” kata Imran, lagi-lagi menirukan alasan Hardi. Jujur, Memorandum sangat mengagumi semangat Hardi yang tidak pernah kendor. Kata Imran, hampir setiap hari dia mengulang-ulang permintaannya. Tidak pernah putus asa. Tidak pernah berhenti. Sampai hati Imran luluh. Namun, ternyata tidak mudah mencari pasangan hidup bagi lelaki lanjut usia seperti Hardi. Sosok yang sudah memasuki masa expired. “Kalau mau cari sembarangan sih sak umbruk. Keleleran,” kelakar Imran. Mereka kebanyakan melihat latar belakang ekonomi Om Hardi. Bahkan ada yang terang-terangan mengaku bersedia menjadi istri Hardi asal diberi rumah dan mobil. “Tentu saja Ayah tidak berkenan terhadap perempuan jenis ini,” kata Imran. Menurutnya, sebenarnya ada calon sodoran Imran yang sempat dilirik. Secara fisik perempuan tersebut 101 persen masuk kriteria Hardi. Bodinya komes bagai spring bed 24 pegas. Wajahnya, walau tidak se-syantik artis-artis dangdut di televisi, sedap dipandang dan tampaknya enak dipegang. Ketika Imran hendak melanjutkan ceritanya, nama ayahnya dipanggil petugas PA. Mereka pamit masuk suatu ruangan. Memorandum bergegas minta nomor WA Imran, kemudian lanjut ke kantor. (jos, bersambung)Sumber: