Positivity Rate Masih Tinggi, PTM Risiko Lonjakan Covid-19

Positivity Rate Masih Tinggi, PTM Risiko Lonjakan Covid-19

Surabaya, memorandum.co.id - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) telah memutuskan pembelajaran tatap muka di sekolah tetap akan dimulai Juli 2021. Menanggapi rencana dibukanya lagi pembelajaran tatap muka (PTM), epidemilog Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Windhu Purnomo mengatakan, bahwa setiap akan merelaksasi sebuah sektor, maka harus dilakukan evaluasi atau assesment epidemiologis Covid-19 lebih dulu. Dengan assessment epidemiologis tersebut harus dipastikan, bahwa kondisi epidemiologi dari pandemi Covid-19 ini sudah tidak berisiko tinggi. Selain itu, indikator penting dalam menentukan kondisi tersebut adalah positivity rate yakni untuk tes PCR dan bukan Rapid Diagnostic Test (RDT) Antigen. "Paling tidak, dua minggu sebelum rencana PTM terbuka atau sebelum Juli 2021, kondisi epidemiologi sudah dalam risiko rendah. Saat ini, positivity rate nasional masih di atas 20 persen, very high incidence, selama berminggu-minggu," ijar Windhu, Senin (7/6/2021). Windhu menekankan, bahwa dengan positivity rate nasional di Indonesia yang lebih dari 20 persen, artinya, sangat berisiko, sehingga ada kecenderungan kasus Covid-19 meningkat. "Maka PTM Terbatas belum layak diaktifkan, entah nanti di awal Juli 2021. Kalau nekad (PTM) dibuka, tentu risikonya tinggi untuk terjadinya penularan," kata Windhu. Menurut Windhu, jika PTM tetap dilaksanakan, risiko penularan Covid-19 yang tertinggi adalah saat perjalanan dari rumah ke sekolah dan dari sekolah ke rumah. Terutama, bagi pelajar yang menggunakan transportasi umum dan atau ketika mampir-mampir di satu atau beberapa tempat. Namun, kelompok rentan seperti lansia (lanjut usia) dan orang dengan penyakit penyerta atau komorbid memiliki risiko tinggi untuk mengalami kematian saat terinfeksi. "Yang menjadi paling berisiko, korban sebetulnya bukan si siswa, karena mereka berusia muda, yang mana relatif lebih baik daya tahan atau imunitas tubuhnya, dibandingkan dengan mereka yang lebih dewasa dan lansia, apalagi yang punya komorbid," pungkas Windhu. Terkait rencana PTM, sebelumnya Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, salah satu persiapan adalah meminta persetujuan izin dari para orang tua. Dalam hal ini, pemkot telah memberikan dua opsi atau pilihan kepada para wali murid. "Kita memang menyediakan dua (opsi), secara tatap muka dan daring. Jadi siapa yang merasa nyaman dengan (pembelajaran) daring kita fasilitasi. Siapa yang nyaman dengan tatap muka kita fasilitasi. Jadi kita fasilitasi dua-duanya," kata Wali Kota Eri Cahyadi. Selain meminta persetujuan dari para orang tua murid, Wali Kota Eri menyebut, Pemkot Surabaya juga memastikan seluruh tenaga pengajar dalam sekolah tatap muka itu sudah menjalani dua kali vaksin.  Di samping itu, dalam proses pembelajaran tatap muka di sekolah, pemkot juga mewajibkan setiap lembaga pendidikan menerapkan SOP protokol kesehatan secara ketat. Sedangkan untuk kapasitas murid di kelas, diatur 25 persen apabila wilayah sekolah dalam kategori zona oranye. "Terkait zona, misal oranye maka kita buka 25 persen. Kalau zona kuning atau hijau mungkin bisa dinaikkan (jumlah siswa)," ungkap dia. (mg-1/fer)

Sumber: