Korsel dan AS Longgarkan Masker, Apakah Indonesia Juga Bisa? Ini Kata Pakar
Surabaya, memorandum.co.id - Pemerintah Korea Selatan mengizinkan penduduknya yang telah disuntik vaksin Covid-19 setidaknya satu dosis untuk lepas masker di luar ruangan, mulai Juli mendatang. Sebelumnya, Pemerintah Korea Selatan (Korsel) pada Rabu (26/5) mengizinkan penduduknya yang telah divaksinasi Covid-19 untuk melepas masker di ruangan terbuka mulai Juli 2021. Ini berlaku bagi mereka yang sudah menerima setidaknya satu dosis vaksin Corona. Lantas apakah Indonesia akan dapat mengikuti jejak negara-negara lain seperti Korsel dan AS untuk melepas masker? Ahli Epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Windhu Purnomo mengatakan bahwa belum ada penelitian yang pasti soal hubungan vaksinasi dengan melepas masker atau pun melonggarkan prokes 3M. Pasalnya, pedoman serupa yang dikeluarkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC USA) juga masih menjadi kekhawatiran bagi para ahli. "Kebanyakan ahli bilang belum boleh. Kebijakan CDC USA untuk mendapatkan persetujuan kan juga tidak mulus, banyak perdebatan sampai sekarang," ungkap Windhu, Jumat (28/5/2021). Menurutnya, perbedaan jenis vaksin yang digunakan oleh Indonesia dengan negara-negara yang menerapkan kelonggaran masker patut menjadi pertimbangan. Vaksin yang digunakan oleh Indonesia adalah vaksin Sinovac dan AstraZeneca, sementara Korsel menggunakan jenis Pfizer/BioNTech atau vaksin mRNA. "Sedangkan kita sebagai pengguna vaksin inaktif dan banyak negara lain, belum punya cukup data untuk hal ini," ujar Windhu. Selain itu, kondisi di Amerika Serikat (AS) tentu berbeda dengan Indonesia, sehingga pemerintah tetap mewajibkan penerapan protokol kesehatan (prokes). Walau begitu, pemerintah tetap menghormati panduan yang dikeluarkan CDC USA. "Pemerintah Indonesia punya cara sendiri dalam menangani pandemi Covid-19. Kita harus 2 kali vaksin dan wajib prokes, belum bisa melepas masker," tegasnya. Windhu juga menyebutkan bahwa pedoman CDC USA memperbolehkan melepas masker apabila tingkat imunisasinya telah lengkap (herd immunity). Namun pencapaian herd immunity atau 70 persen vaksinasi di Indonesia masih jauh dari harapan, begitu pula target pemerintah melakukan 1 juta vaksinasi Covid-19 per hari. "Masih lama, karena kecepatan vaksinasi kita masih lambat. Rata-rata per hari hanya mencapai 200 hingga 300 ribu vaksinasi, sepertinya masih banyak yang belum mau divaksin. Tetapi Kemenkes terus berusaha meningkatkan ya sampai 500 ribu per hari," terangnya. Lantas, Windhu mengajak masyarakat khususnya warga Surabaya untuk selalu menerapkan prokes dimanapun berada, baik yang telah divaksin maupun belum divaksin. Rate of Transmission (tingkat penularan) di Surabaya masih di angka 1,6. Artinya, kalau ada 10 orang terinfeksi Covid-19, dalam satu pekan bisa menjadi 16 orang. "Dari data grafik penyebaran, kurang lebih 65 persen masalah Covid-19 di Jawa Timur ada di Surabaya Raya (Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik, red). Jangan main-main, kalau kita tidak hati-hati maka Surabaya bisa jadi Wuhan. Jadi ingat, jangan lalai dengan protokol kesehatan," pungkas Windhu. (mg1)
Sumber: