Sebelum Tewas Dikeroyok, Korban Sempat Cerita Tawuran ke Ibunya
Surabaya, memorandum.co.id - Kematian MFZ membuat Sulasih, ibu kandung korban benar-benar murka. Terlebih kematian anak ketiga dari lima bersaudara itu dengan cara dikeroyok. "Saya benar-benar tidak terima, maka dari itu akan saya usut perkara ini sampai ke akat-akarnya," tandas Sulasih. Sepengetahuan Sulasih, korban memilih indekos karena ingin mandiri. Sehari-hari korban bekerja di toko galon untuk membiayai hidupnya. Dia awalnya kos bersama dua orang temannya, lantaran tidak mampu bayar kos, kemudian ikut kos dan bayarnya patungan. "Jika malam anaknya saya tidur di kos dan kalau sore pulang, ganti baju, makan lalu kembali ke kos," ungkap Sulasih. Sulasih, mengungkapkan, tiga hari sebelum tewas itu, anaknya sempat bercerita kepadanya usai tawuran. Motifnya, membela temannya karena pacar temanya diperkosa. "Karena pacarnya teman baiknya, akhirnya anak saya tidak terima dan terlibat tawuran," ucap Sulasih menirukan ucapan anaknya pada waktu itu. Mendengar cerita anaknya, ia kemudian menasihati anaknya itu jika bukan urusannya tidak usah ikut-ikut. "Ibu ini orang tidak punya, lebih baik junjung nama orang tua," nasihat Sulasih kepada anaknya. Anaknya kemudian menjawab nasihat ibunya tersebut dengan dalih, bahwa ia membela temannga karena ingat punya kakak dan adik perempuan. Bagaimana bila diperlakukan seperti itu. "Ya akhirnya teman saya itu aku tolong," ucap anaknya kepada ibunya. Selama di rumah, dia mandi dan hendak diajak kakaknya ke kafe. Tapi akhirnya tidak jadi karena temannya lebih dulu pergi sama pacarnya. "Meskipun tidak jadi, kakaknya sempat diberi uang Rp 50 ribu," ungkap Sulasih. Saat pertemuan ini, Sulasih melihat Fito terlihat wajahnya bersih dan ganteng. Betapa tidak, biasanya wajahnya kumus-kumus. "Saya sempat memuji kalau anak saya memang ganteng. Itulah pertemuan terakhir dengan anak saya lalu pergi ke rumah kos," puji Sulasih. Dua hari setelah kejadian itu, tidak terjadi apa-apa. Korban sempat pamit pergi ke rumah kosnya. Kabar kematian korban diketahui Sulasih pada Jumat (21/5). Ketika itu, ibu lima anak ini dijemput dua orang datang ke rumahnya katanya sakit. Kemudian diajak ke tempat kos. Sulasih kaget dan dan mengira sakit virus corona. "Sampai di rumah kos anak saya, sudah banyak orang, polisi, dokter, ambulans dan satpol PP. Tapi saya tidak diperbolehkan masuk ke dalam," jelas Sulasih. Sulasih dari depan pintu kamar, melihat tubuh anaknya dalam keadaan tengkurap, jadi seperti tidak terlihat luka-lukanya. "Saya panggil anak saya tapi tidak ada jawaban. Kemudian saya ditarik orang tadi dan memberitahu jika anaknya sudah meninggal," tutur Sulasih sembari menangis. Mendengar anaknya tewas usai dikeroyok, Sulasih tidak terima dan memperkarakan pengeroyokan ini hingga tertangkap para pelakunya. "Saya tidak terima, akan saya usut sampai ke akar akarnya," tandasnya. Sulasih mengungkapkan, anaknya merupakan anak baik, supel, dan penurut serta suka memberi. Jika disuruh tidak menolak, tapi langsung berangkat. Pernah suatu ketika anaknya bertemu dengan orang tua peminta-minta. Merasa iba kemudian diberikan uang Rp 10 ribu. "Padahal ia hanya pegang uang segitu. Ia mengaku lebih baik saya tidak makan," beber dia. Dia ibarat tulang punggung keluarga. Jika gajian Rp 1 juta, uangnya diberikan semuanya kepada Sulasih. "Setelah itu minta ke saya diberi berapa dari hasil gajinya itu dan diterima," pungkas Sulasih. (rio)
Sumber: