Kembali Mekar, Bunga Tabebuya Percantik Jalanan Surabaya saat Lebaran
Surabaya, memorandum.co.id - Suasana Idulfitri 1442 Hijriah turut diwarnai oleh mekarnya Bunga Tabebuya khususnya yang berwarna kuning di kawasan jalan protokol Kota Surabaya. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Surabaya Anna Fajriatin menjelaskan, bahwa Bunga Tabebuya itu biasanya mekar pada saat cuaca panas. Bila terkena angin, bunga itu akan rontok dan yang lain akan mekar lagi. “Uniknya, yang mekar kali ini rata-rata Bunga Tabebuya yang berwarna kuning, padahal spesiesnya ada putih dan pink juga,” kata Anna, Sabtu (15/5/2021). Dikatakan Anna, Bunga Tabebuya yang telah menjadi salah satu ikon Surabaya ini keberadaannya sudah tersebar di berbagai titik di seluruh Kota Surabaya, terutama di pinggir jalan protokol. Bahkan, yang mekar saat ini rata-rata yang ada di jalan-jalan protokol, sehingga menambah cantik jalanan Surabaya di saat momen lebaran kali ini. “Hampir semua jalanan Surabaya sudah ditanami Bunga Tabebuya, karena setiap rayon di DKRTH melakukan penanaman Tabebuya. Jadi jumlahnya sudah sangat banyak se-Surabaya,” ujarnya. Anna menjelaskan, Pemkot Surabaya menanam Tabebuya di pinggir-pinggir jalan itu sudah sejak beberapa tahun lalu. Tiap tahun jumlahnya terus diperbanyak. Pada 2020, total Tabebuya yang keluar atau yang ditanam lebih dari seribu batang. Kemudian 2021 hingga bulan ini, jumlah Tabebuya yang keluar atau yang ditanam sudah lebih dari 500 batang. “Kalau untuk spesiesnya memang ada tiga, yaitu kuning, pink, dan putih,” ulasnya. Lanjut Anna, bahwa Pemkot Surabaya memilih tanaman Tabebuya yang banyak ditanam di pinggir jalan karena dari segi kualitas bunganya memang menarik, dan pohonnya cepat tumbuh besar. Di sisi lain, tanaman tersebut tetap tumbuh dengan baik di iklim apapun. “Untuk perawatan, gak ada kesulitan. Empat bulan sekali kita kasih pupuk,” imbuhnya. Sementara dalam segi perawatan, Anna mengaku hanya melakukan penyiraman dan memberikan pupuk secara reguler. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik yang dihasilkan dari proses pengomposan sampah. “Dari kegiatan perantingan pohon, kita manfaatkan untuk kompos. Untuk tanaman-tanaman yang ada di taman, kita sudah kurangi penggunaan pupuk kimia, mulai beralih ke organik,” kata dia. Karena Tabebuya di Surabaya sudah semakin banyak, maka Anna juga berharap kepada warga untuk bersama-sama menjaga tanaman tersebut. Bahkan, dia juga meminta apabila ada oknum yang usil misalnya menancapkan paku di tanaman tersebut, diminta untuk langsung melaporkan kepada jajaran DKRTH, supaya paku yang ditancapkan itu segera dicabut. “Sebab, bagaimana pun juga, mereka ini adalah makhluk hidup yang harus kita jaga bersama,” katanya. Keindahan tanaman Tabebuya itu mampu menarik perhatian masyarakat. Beberapa pengendara yang melintas di Jalan Ahmad Yani misalnya, sesekali berhenti hanya untuk mengabadikan mekarnya Tabebuya yang indah itu. Seperti yang dilakukan oleh Indah Permatasari. Dirinya berswafoto dengan latar belakang pohon Tabebuya yang mekar tersebut. “Cantik sekali bunganya, saya suka, seperti Bunga Sakura di Jepang. Kebetulan saya tadi lewat sini kok ternyata Tabebuyanya yang kuning mekar, saya ke pinggir dulu untuk selfie,” kata Indah Permatasari sambil tersenyum. Pendapat senada juga disampaikan Brigita, perempuan 21 tahun asal Sidoarjo. Menurutnya, Bunga Tabebuya ini jarang sekali mekarnya, dan setahu dia hanya setahun sekali, sehingga dia tidak mau melewatkan momen berharga itu untuk mengabadikan indahnya Bunga Tabebuya. “Karena hanya setahun sekali, makanya begitu ada kesempatan, saya ingin melihat bunganya dari dekat. Foto-foto bunga yang saya abadikan ini nanti saya akan share ke medsos, seperti instagram. Ini terlalu indah untuk dilewatkan,” ucapnya. (mg-3/fer)
Sumber: