Jelang Larangan Mudik, Wawali Pantau Kesiapan Stasiun Gubeng dan Terminal Purabaya

Jelang Larangan Mudik, Wawali Pantau Kesiapan Stasiun Gubeng dan Terminal Purabaya

Surabaya, memorandum.co.id - Wakil Wali (Wawali) Kota Surabaya Armuji meninjau kesiapan jelang pemberlakuan larangan mudik di Stasiun Kereta Api (KA) Gubeng dan Terminal Purabaya, Rabu (5/5). Peninjauan ini untuk memastikan kesiapan para petugas otoritas terkait, jelang kebijakan larangan mudik pada 6-17 Mei. Cak Ji sapaan Armuji mengatakan, hari ini merupakan batas terakhir perjalanan sebelum diterapkan kebijakan larangan mudik. Dari hasil pantauannya ini, beberapa calon penumpang mengaku berencana bepergian ke luar Kota Surabaya. "Hari ini kan batas terakhir (perjalanan). Kalau besok sudah tidak boleh lagi, (pengawasan) lebih ketat lagi. Mereka (calon penumpang) yang tidak membawa surat (perjalanan) ya balik," kata Cak Ji di sela tinjauannya itu. Pihaknya menyatakan, akan secara tegas menerapkan kebijakan pemerintah pusat terkait pemberlakuan larangan mudik pada 6-17 Mei. Setiap warga yang ingin bepergian atau masuk ke Surabaya, juga wajib disertai surat perjalanan dan bebas Covid-19. "Jadi kita mengikuti aturan pemerintah pusat, di mana mereka yang mau naik angkutan umum, baik itu kereta api, bus, maupun lainnya, paling tidak sudah melalui suatu tahapan," jelas dia. Tahapan tersebut, kata Cak Ji, bisa dimulai dari pemeriksaan Covid-19 melalui Swab PCR atau Genose. Kemudian, calon penumpang juga harus memiliki surat perjalanan. Hal itu tentunya dilakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19 jelang Hari Raya Idulfitri 1442 H. "Nah, ini yang tentunya awal mereka bisa terverifikasi, lolos atau tidaknya. Tapi ini tidak menjadikan tolok ukur bahwa mereka sudah aman," terang dia. Menurut Cak Ji, hasil tinjauannya yang dilakukan di Terminal Purabaya dan Stasiun KA Gubeng berbeda. Jika di stasiun, setiap calon penumpang yang akan bepergian ke luar kota harus melalui Swab PCR ataupun Genose. Namun hal ini tak ditemukan Cak Ji ketika berada di Terminal Purabaya. "Untuk screening orang-orang yang mudik itu memang beda dengan di kereta api yang saya lihat di sana (Stasiun Gubeng). Kalau di sini bebas, cuma cek suhu saja. Nah, ini yang tentu perlu menjadi perhatian khusus," tegas dia. Bahkan, berdasarkan data laporan yang Cak Ji terima dari Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Surabaya, rata-rata penumpang yang menggunakan bus dalam sehari bisa mencapai 6-7 ribu orang. Tentunya jumlah tersebut dinilai sangat tinggi. "Karena ini hari terakhir sampai pukul 00.00, dan tidak ada aktivitas mudik. Maka saya tanya ke dishub itu rata-rata (penumpang) sampai 6-7 ribu, tentunya ini masih sangat tinggi kalau per hari sekian," ungkap dia. Maka dari itu, Cak Ji menegaskan bahwa orang sudah terlanjur bepergian ke luar kota ini harus mendapatkan perhatian khusus. Paling tidak orang tersebut dilakukan tracing atau pemeriksaan tes swab PCR maupun Genose di tempat tinggalnya. "Karena belum tentu orang yang mudik ke sana positif atau tidak, kita belum ketahui. Tentunya ini yang menjadi perhatian, harus diantisipasi betul," pungkas Cak Ji. (fer)

Sumber: