Tambang Tujuh Bukit Komitmen Ramah Lingkungan

Tambang Tujuh Bukit Komitmen Ramah Lingkungan

JEMBER - PT Bumi Suksesindo (BSI) mengajak awak media Jember kunjungi area operasi perusahaan tambang emas dan tembaga di Gunung Tujuh Bukit (Tumpang Pitu) di Pesanggaran, Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa. (2/7). Puluhan awak media itu berkesempatan untuk melihat area tambang di atas gunung yang bersebelahan dengan pantai Pulau Merah ini. Dalam kunjungan ke area tambang, sempat mampir ke kantor External Affairs BSI yang berada di bagian depan. Sebelum awak media menuju bukit paling atas, tampak ada beberapa aktivitas tambang. Salah satunya pelindian batu-batu di sana untuk diambil bijih emas dan peraknya. Awak media juga mendapatkan pemaparan cara mengelola pertambangan yang ramah lingkungan dan program- program kemasyarakatan melalui corporate social responsibility (CSR). Pengelola tambang emas di Banyuwangi, PT Bumi Suksesindo (BSI), semakin bersemangat untuk menjalankan kegiatan menambang sesuai dengan aturan. Hal ini menyusul keberhasilan PT BSI menyabet penghargaan di bidang lingkungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Hal ini disampaikan oleh Senior Manager External Affairs PT BSI, Sudarmono. “Kita akan terus mempertahankan prestasi ini, bahkan akan meningkatkannya di kemudian hari,” tegas Sudarmono. PT BSI menerima penghargaan Reklamasi dan Lahan Kompensasi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia. Penyerahan penghargaan ini bersamaan dengan gelaran Rapat Koordinasi Nasional Reklamasi Hutan dan Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) pada 23–24 April 2019, bertempat di Auditorium Dr. Soedjarwo, Gedung Manggala Wanabakti, Jalan Gatot Subroto, Senayan, Jakarta. Mengenai program reklamasi di perusahaannya, Sudarmono menegaskan bahwa pihaknya telah menjalankan program reklamasi di wilayah tambang secara progresif. Yaitu, sejak pertama kali dibuka pada 2015. Dengan cara ini, hingga Maret 2019, PT BSI telah menyelesaikan reklamasi seluas 34,9 hektare. "Kami melaksanakan kegiatan reklamasi secara progresif. Sejak lahan dibuka, reklamasi pun mulai tidak menunggu pascatambang," terang Sudarmono. Hal ini sejalan dengan komitmen PT BSI untuk menjadi perusahaan tambang yang taat aturan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. “Pengelolaan sumber daya alam secara bertanggung jawab, taat hukum, dan menerapkan prinsip-prinsip penambangan yang baik merupakan tekad kami (BSI, red),” kata pria asal Malang itu. Selain melaksanakan kegiatan reklamasi secara terus-menerus, perusahaan yang memiliki 2.000 lebih tenaga kerja itu juga telah memenuhi kewajiban jaminan reklamasi sebesar Rp58,6 miliar untuk periode 2015–2019. Di bidang sosial, PT BSI terus mengembangkan program-program kemasyarakatan melalui CSR. Program-program ini menyasar kebutuhan masyarakat sekitar perusahaan, seperti kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan infrastruktur. “Untuk program sosial, kami memilih program-program yang berkesinambungan dan bermanfaat bagi masyarakat banyak dan sesuai dengan Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM) di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM),” kata Sudarmono. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (PDASHL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) ini mengambil tema Ramah Menambang, Alam Seimbang, Rakyat Senang. PT BSI merupakan salah satu perusahaan tambang yang menerima penghargaan dalam acara ini. Manajer Corporate Communications PT BSI Teuku Mufizar Mahmud mengungkapkan, usai proses penambangan dan penggerusan batuan bijih, batu-batu halus itu dibawa ke area pelindian untuk ditumpuk membentuk undakan atau terasering. Dalam sistem batuan yang mengandung mineral ditumpuk di suatu tempat khusus yang disebut leach pad atau tempat pelindian. Disebut khusus karena tempat ini dibangun dengan alas plastik HDPE menyerupai sebuah wadah (containment). Tempat ini dibangun dengan lapisan HDPE liner serta dipasang alat monitor untuk menjaga dan memastikan agar cairan tersebut tidak menembus lapisan tanah. Di undakan inilah, kata Mufi, batuan bijih yang sudah dihaluskan, disiram cairan reagen sianida. Teknologi ini ramah lingkungan sebab tidak menimbulkan limbah tambang (tailings) dan tidak mengandung merkuri. “Dengan ini, (batu-batunya) kita siram dengan reagen yang kita lapisi dengan plastik jadi airnya tidak tembus ke lapisan air tanah. Plastik HDPE-nya tujuh lapisan. Plastik itu akan tetap ada dan terjaga jadi ramah lingkungan,"katanya saat ditemui di area tambang. Teknologi ini belum banyak dilakukan di perusahaan tambang lain. Di Indonesia, katanya, baru ada dua perusahaan yang menggunakan teknologi ini, yaitu BSI dan Newmont (sekarang menjadi PT Amman Mineral Nusa Tenggara). Cairan reagen disemprotkan menghasilkan kadar emas 80% dalam bentuk batangan (bullion). Adapun tebal perundakan sekitar 10 meter. Saat ini baru ada 5 lapis. Perusahaan, kata Mufi menargetkan 14 lapis. Untuk memastikan air bekas pengolahan tidak mencemari lingkungan, BSI membuat penampungan khusus yang dinamakan storm water pond untuk mengolah dan mencuci air pengolahan tersebut. “Air dari daerah plastik ini masuk ke dam yang ada plastiknya. Kami masih ada lima dam penampungan lain ntuk pengendalian lingkungan dan sedimentasi sehingga saat air itu kita lepas, sudah jernih dan sesuai dengan baku mutu,” jelasnya. Lebih lanjut, Mufi mengatakan terdapat lima pit (area tambang) yang dibuka perusahaan. Dari lima pit tersebut, memiliki kandungan kadar emas dan perak yang berbeda. Dari lima  itu, katanya ada dua pit yang aktif dieksploitasi. “Satu gunung hanya lima pit dan tidak banyak. Dari awal sampai akhir ini lima pit saja. Kita menambang di sini, emas dan perak dengan kadar berbeda-beda,”pungkasnya (edy/udi)

Sumber: