Hari Kartini, Nyai Eva Kunjungi Perajin Keris Perempuan Satu-satunya di Jatim

Hari Kartini, Nyai Eva Kunjungi Perajin Keris Perempuan Satu-satunya di Jatim

Sumenep, memorandum.co.id - Kabupaten Sumenep ditetapkan Unesco sebagai daerah yang memiliki mpu atau ahli perajin keris terbesar di dunia dengan jumlah 652 orang pada 2018. Sehingga kota di ujung timur pulau Madura ini dijuluki Kota Keris. Tapi yang menarik tidak hanya hal itu. Ternyata di Desa Aeng Tongtong, Kecamatan Saronggi, yang merupakan sentra perajin keris di Sumenep, terdapat seorang perempuan yang menjadi perajin keris satu-satunya di Jatim, bahkan mungkin di Indonesia. Perajin keris tersebut namanya Ika Arista. Lajang berusia 30 tahun itu menuturkan, dia belajar membuat keris sejak masih SD dengan bimbingan ayahnya. Ia cepat mahir membuat keris karena ia terlahir di desa sentra perajin keris. Meski sempat disepelekan karena perempuan, dia tetap tekun. Perempuan lulusan S1 Keguruan itu kini sudah menguasai teknik pembuatan segala macam jenis keris. Ika mahir membuat keris mulai dari proses pembentukan, ukir bahkan pembuatan warangka. Semua tahapan itu dia kerjakan sendiri. "Saya merasa terpanggil untuk melestarikan kerajinan yang telah ditekuni keluarga saya. Saya sudah sering mengajak teman sesama perempuan untuk belajar membuat keris, tapi jarang yang tertarik," tutur dia. Sementara itu, Wakil Bupati Sumenep Nyai Hj Dewi Khalifah yang berkunjung ke rumah Ika Arista, Rabu (21/4/2021) sore, menyampaikan apresiasi kepada mpu perempuan satu-satunya di Madura bahkan mungkin di Indonesia yang mau melestarikan budaya Sumenep. "Saya berharap ada generasi yang mengetuk-tularkan, walaupun saya yakin tidak semua mampu menjadi mpu apalagi perempuan. Karena dalam membuat keris harus keturunan mpu, karena butuh belajar yang tekun serta ada ritual-ritual khusus dan aturan pakem yang harus dijaga," tutur wabup yang akrab disapa Nyai Eva tersebut. Nyai Eva mengaku bangga dan kagum kepada Ika Arista, sebagai perempuan yang punya jiwa seni yang tidak biasa dilakukan oleh perempuan pada umumnya. Sehingga pada momentum Hari Kartini, dia menyempatkan diri mengunjungi rumah perajin tersebut. Wabup perempuan pertama di Sumenep itu menambahkan, membuat keris tidak sembarangan, butuh ketenangan dan kesucian jiwa, kesabaran dan menyatu antara jiwa dan karyanya. Apalagi keris itu ada yang sebatas hiasan dan ada keris pusaka yang butuh tahapan khusus. "Ini harus dilestarikan khususnya oleh generasi muda di Sumenep. Nanti saya juga koordinasikan dengan disperindag terkait pemasaran. Harapan saya ada log yang dipatenkan agar keris itu punya ciri khas sehingga nanti karya mpu siapa bisa diketahui meski sudah ratusan tahun," tandas Nyai Eva. (aan/fer)

Sumber: