Masjid Cheng Hoo Ketat Batasi Jemaah Salat Tarawih
Datangnya Ramadan yang penuh berkah tahun ini, disambut dengan gembira oleh seluruh umat manusia di segala penjuru dunia. Mereka berlomba-lomba mencari pahala seperti yang dijanjikan Allah SWT. Di setiap Ramadan, masjid-masjid bakal dipenuhi dengan para jemaah baik melaksanakan salat Tarawih ataupun tadarus. Salah satunya yakni Masjid Muhammad Cheng Hoo atau lebih dikenal dengan nama Masjid Cheng Hoo. Masjid dengan gaya arsitektur perpaduan akulturasi budaya Tionghoa dan Islam tersebut terlihat sangatlah begitu menarik. Karena masjid yang terletak di kota Surabaya tersebut mirip dengan sebuah kelenteng. Menurut Takmir Masjid Cheng Hoo, ustaz Ahmad Haryono Ong, kegiatan masjid yang bentuknya terilhami dari Masjid Niu Jie (Ox Street) di Beijing itu, selama Ramadan tetap menggelar ibadah seperti biasanya. "Pada Ramadan, kita tetap melaksanakan kegiatan ibadah seperti biasa. Namun di masa pandemi Covid-19 ini, ada pembatasan jemaah yang kami lakukan. Menurut wali kota, kita boleh menggelar ibadah selama Ramadan dengan syarat mematuhi protokol kesehatan yang sudah ditentukan oleh pemerintah," tuturnya, Kamis (15/4). Terkait pembatasan jemaah yang dilakukan oleh takmir, masjid yang didominasi warna merah itu adalah yang dulunya bisa menampung 700 jemaah sekarang dibatasi hanya 200 jemaah. "Karena kan harus ada jarak antara satu jemaah dan jemaah lainnya, istilah social distancing itu," imbuhnya sambil mengajak jurnalis Memorandum berkeliling komplek masjid. Ahmad kemudian menceritakan bahwa Masjid Cheng Hoo awal mula pembangunannya sekitar (peletakan batu pertama) 15 Oktober 2001 bertepatan dengan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW. Pada tanggal 13 Oktober 2002 proses pembangunan selesai dan masjid sudah dapat digunakan untuk beribadah. Kemudian pada tanggal 28 Mei 2003 diresmikan oleh Menteri Agama Prof Dr Said Agil Husin Al Munawar. "Bangunan masjid ini memiliki delapan sisi yang melambangkan Pat Kwa (keberuntungan atau kejayaan dalam bahasa Tiongkok)," terangnya. Dijelaskan ustaz Ahmad Hariyono Ong, selain bentuknya yang sarat makna, luas bangunan utama Masjid Cheng Hoo memiliki luas 11 meter x 9 meter persegi, yang mana angka sebelas (11) dimaknai sebagai ukuran Kabah saat baru dibangun dan angka sembilan (9) melambangkan jumlah Wali Songo. "Masjid ini merupakan perwujudan akulturasi budaya setempat yaitu Islam dan Tionghoa itu sendiri. Sedangkan gaya Niu Jie tampak terlihat pada bagian puncak, atap utama, dan mahkota masjid. Dan yang lebih menariknya, pintu masuk masjid ini menyerupai sebuah pagoda," tandasnya.(mg5/tyo)
Sumber: