Resmikan Samin, Cak Ji Pastikan Alun-Alun Suroboyo Jadi Tempat Kreasi Seniman

Resmikan Samin, Cak Ji Pastikan Alun-Alun Suroboyo Jadi Tempat Kreasi Seniman

Surabaya, memorandum.co.id - Wakil Wali Kota Surabaya Armuji atau yang akrab disapa Cak Ji meresmikan Sanggar Anak Merdeka Indonesia (Samin) di Perumahan Gunung Anyar Emas, Surabaya, Sabtu (27/3/2021). Tiba di lokasi, Cak Ji disambut berbagai kesenian dan penampilan dari sanggar tersebut. Pada kesempatan itu, dia menyampaikan terima kasih kepada para seniman yang telah membentuk Sanggar Samin tersebut. Cak Ji berharap sanggar tersebut bisa terus eksis dan melakukan latihan-latihan ke depannya. “Namun, karena ini masih masa pandemi, kalau latihan-latihan saya harap tetap memperhatikan dan menerapkan protokol kesehatan,” kata Cak Ji. Dia juga sangat yakin apabila anak-anak atau anggota sanggar itu terus dilatih dan bakatnya terus diasah, bukan tidak mungkin akan bisa berprestasi hingga bisa mengharumkan nama Surabaya dan bahkan Indonesia. “Makanya saya berharap, melalui sanggar ini, akan muncul seniman-seniman baru yang bisa membanggakan Kota Surabaya, jadi ayo jangan takut berkreasi,” ajaknya. Cak Ji juga memastikan bahwa Pemkot Surabaya akan terus mendukung dan mensupport berbagai kesenian di Kota Pahlawan. Apalagi, saat ini sudah ada Alun-alun Suroboyo yang nantinya akan menjadi panggung untuk mengekspresikan seni di Surabaya, tapi sekarang ini belum dibuka karena dikhawatirkan dapat memunculkan kerumunan massa. “Alun-alun itu cukup luas dan sangat strategis tempatnya karena berada di tengah kota, sehingga nanti Alun-alun ini akan sangat tepat untuk menjadi tempat berkreasi dan berekspresi para seniman Surabaya,” tegasnya. Sementara itu, Ketua Samin, Meimura, mengaku memberi nama Samin karena memang terinspirasi dari suku Samin. Menurutnya, suku ini belum terkontaminasi dalam kondisi saat ini. Bahkan, Meimura menyebut suku Samin ini berdaulat di bidang budaya, berdaulat di bidang ekonomi dan bahkan juga politik. “Saya pernah diundang ke sana untuk acara festival,” kata Meimura. Selain itu, dia juga mengaku terketuk hati untuk membentuk sanggar karena bagi dia kesenian itu milik warga, terutama ludruk yang merupakan kesenian asli Surabaya. Terlebih, dulu ludruk digunakan untuk melawan penjajah, sehingga spirit dan semangat itulah yang harus ditularkan terus kepada anak-anak penerus bangsa. “Di sanggar ini nanti akan kita ajarkan semua kesenian, termasuk tari, musik, teater, seni rupa dan berbagai seni lainnya,” pungkas Meimura. (fer/mg3)

Sumber: