Suami Dinas Luar Jawa, Terpikat Perempuan Kalimantan
Pilu. Ya, semenjak perceraiannya dari Abdi (nama samaran), Reyna (nama samaran juga) merasakan kepiluan yang begitu dalam. Lelaki yang diharapankan mampu menjadi sosok suami dambaan itu ternyata tidak sesuai kenyataan. Kini, meski dikaruniai putra berusia tiga tahun, Reyna telah bertekad bulat untuk mengakhiri biduk rumah tangganya. Kenangan Reyna kembali ke masa lalu saat ia dikejar-kejar Abdi untuk mendapatkan cintanya. Waktu itu ia sekantor dengannya, cuma beda divisi pekerjaan. "Banyak sekali cowok yang berusaha mendekatiku saat itu. Tapi, kulihat hanya Abdi yang lebih menonjol keseriusannya. Jujur, aku sangat selektif dalam memilih cowok. Sebab, aku tidak mau menyesal setelah pernikahan nanti," kenang Reyna. Terang-terangan Reyna mengatakan, untuk urusan cowok, ia melihat bibit, bebet dan bobotnya. "Aku tidak memilih untuk berteman. Tapi kalau sudah urusan masa depan, ya itu tadi, harus jelas bibit, bebet, dan bobotnya," terang dia. Tak berapa lama, Reyna menerima Abdi. Bukan sebagai pacar, melainkan teman. Hal itu ia lakukan untuk menyelami kehidupan Abdi yamg sebenarnya. Bukan yang selama ini dinampakkan kepadanya. "Aku juga berusaha mencari informasi tentang dia melalui beberapa teman yang mengenalnya dengan baik. Setelah informasi yang kudapatkan telah komplet, aku memutuskan untuk menerimanya, tapi dengan satu syarat langsung menikah," ujarnya. Mendengar permintaan Reyna, Abdi langsung menyatakan sanggup. "Oke, begitu kata dia," ucap Reyna menirukan ucapan Abdi. Tiga bulan berselang, pernikahan Abdi dilangsungkan cukup meriah. Memang, boleh dibilang Abdi dari keluarga yang kaya. Abdi hanya memiliki satu saudara perempuan, yakni Alisa. "Kami lalu menempati salah satu rumah milik ayah Abdi. Tidak besar sih, tapi lumayan cukuplah. Asal tidak kontrak. Toh cuma kami berdua yang menempati," kata Reyna. Setelah dua bulan menikah, akhirnya Reyna mengandung dan melahirkan si buah hati, Gesang. Namun, di saat Reyna sedang bahagia, kantor melakukan mutasi karyawan. "Abdi dipindah ke luar Jawa, yaitu Pontianak, Kalimantan Barat. Di sana ia menempati posisi kepala divisi marketing. Sebetulnya berat, karena Abdi hanya mendapat jatah pulang tiga minggu sekali. Kami hanya bisa pasrah. Akhirnya aku pulang ke rumah orang tuaku, karena tidak sanggup bekerja sambil merawat anak," keluhnya. Setahun pertama, semua terlihat normal-normal saja. Abdi pulang ke rumah sesuai waktu yang ditetapkan kantor. Komunikasi juga berjalan lancar. Pada sisi ekonomi bahkan ada peningkatan, karena Abdi naik jabatan. "Semua penghasilan yang Abdi beri aku selalu tabungkan. Karena kalau hanya untuk mencukupi kebutuhanku dan anakku, sudah cukup dengan gaji yang kuperoleh setiap bulannya," katanya. Hingga memasuki akhir tahun kedua pernikahannya, Reyna mendapat kabar perusahaannya menerapkan kebijakan bahwa suami istri dilarang bekerja dalam satu perusahaan, meski beda divisi. "Kebijakan perusahaan menyebutkan harus salah satu saja yang boleh bekerja. Di sini kemudian aku dan Abdi mengambil keputusan bahwa aku saja yang keluar. Karena dari segi jabatan dan penghasilan, Abdi jauh lebih tinggi daripada aku," keluhnya. Setelah berhenti bekerja, Reyna akhirnya bisa fokus mengurus Gesang. Namun, menginjak pertengahan tahun ketiga pernikahannya, ada perubahan pada diri Abdi. "Abdi pulang jadi dua bulan sekali, bahkan sampai tiga bulan sekali. Ia beralasan untuk menghemat biaya kepulangan. Padahal, biaya pulang-pergi sudah ditanggung perusahaan. Tapi aku mengiyakan saja. Yang lebih menyesakkan, gaji dia. Tidak seperti biasa yang ia kirimkan. Katanya, perusahaan sedang berhemat," ucap Reyna pasrah. Reyna yang tak memiliki firasat apa pun, hanya bisa percaya dan pasrah. Hingga pada akhirnya Reyna mendapat informasi dari mantan teman sekantornya bahwa Abdi sedang main gila dengan perempuan Kalimantan. Tak percaya, Reyna menghubungi Abdi. "Di sinilah puncaknya. Waktu aku telepon, ternyata yang mengangkat seorang wanita. Aku pikir, 'ditelepon jam 22.00 kok yang jawab wanita?'. Ada apa? ke mana suami saya? Wanita di telepon itu mengatakan bahwa dia istri Abdi. Bagaikan disambar petir aku mendengarnya. Ternyata benar suamiku main perempuan di sana," ucapnya sedih. Reyna menghubungi Abdi keesokan harinya, untuk meminta Abdi segera pulang. Ia tidak mau menyelesaikan masalah lewat telepon. Namun baru seminggu kemudian Abdi pulang. "Terjadi pertengkaran hebat antara aku dan Abdi. Abdi mengaku terang-terangan menikahi siri perempuan Kalimantan bernama Sofi. Tanpa merasa berdosa dia malah minta restuku. Jelas saja aku nggak mau dimadu," kesalnya. Hati Reyna hancur berkeping-keping. Ia akhirnya memutuskan untuk menyudahi pernikahannya dengan Abdi. "Aku langsung minta diceraikan. Biarlah Gesang ikut aku. Ternyata bibit, bebet, dan bobot yang kupilih salah," tandasnya. (mg5/jos) Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email [email protected]. Terima kasih
Sumber: