Satgas TMMD 110 Dorong Pemaksimalan Pemasaran Pengerajin Kerai Bambu

Satgas TMMD 110 Dorong Pemaksimalan Pemasaran Pengerajin Kerai Bambu

Jember, Memorandum.co.id - Pengerajin kerai bambu di Silo, Jember lumayan banyak. Sudah puluhan tahun warga menekuni kerajinan tangan berbahan dasar bambu itu. Bahkan menjadi salah satu wilayah penghasil kerai bambu terbesar di Jawa Timur. Potensi kerai bambu yang sudah menjadi kearifan penduduk lokal di wilayah terpencil tersebut membuat Satgas TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-110 kodim 0824 Jember mendorong pemaksimalan dan edukasi tentang pemasarannya. Salah satu pengerajin kerai bambu asal Sumberlanas Barat, Desa Harjomulyo, Kecamatan Silo mengharapkan pemerintah setempat untuk mendongkrak ekonomi masyarakat di daerah. Ia mengaku, pengerajin kerai bambu mengalami kendala dalam urusan pemasaran dan penambahan modal. Bahkan selama ini pihaknya membangun usahanya dengan modal sendiri dan mencari pembeli secara otodidak. "Saya berharap pemerintah dapat membantu dan mencarikan solusi agar kerai bambu hasil karya kami mudah untuk dipasarkan. Siapa tahu dibantu modal nantinya," harapnya, Jum'at (12/3/2021). Dalam sehari, lanjut Sutri, pengerajin bisa menghasilkan sekitar 1-4 kerai bambu. Untuk satu meter kerai bambu dirinya menjual dengan harga Rp 30 ribu untuk yang kualitas biasa. Sedangkan untuk kerai yang berbahan dasar bambu hitam harganya mencapai Rp 50-60 ribu. "Kerai bambu kami dipasarkan keluar kota, ke Surabaya, Bali hingga Jakarta," imbuhnya. Di tempat yang sama, Komandan SSK TMMD Kodim 0824 Jember, Kapten Inf Sugiono dari Yonif 527 / BY Lumajang berharap dengan adanya kondisi pengerajin maka dibutuhkan peran serta pemerintah daerah, selain usaha dari TMMD. Karena, para pengerajin kerai bambu yang berada di daerah itu sudah layak mendapatkan perhatian pemerintah. Terutama untuk pemasaran dan penambahan modal. "Home industri berkembang begitu pesat. Rata-rata warga Silo bekerja pada sektor kerai bambu ini. Jadi kreatifitas di bidang ini harus diberikan dukungan, beri modal, juga beri akses pemasarannya," katanya. Disampaikan Sugiono, saat ini dirinya melihat alat dan bahan yang digunakan di Silo itu dibuat oleh warga dengan metode pembuatan manual. Ia mendorong pemerintah memberikan dukungan serta perlindungan kepada pelaku home industri tersebut. Dalam kegiatan itu, ia juga menyinggung tentang strategi pengembangan identitas atau ikon produksi home industri ke pasar lokal dan luar negeri dengan menjadikan masyarakat Silo sebagai pasar utama produk kerai bambu. "Kita mendorong pemerintah daerah untuk mengembangkan kerai bambu ke pemasaran lebih luas, mungkin dengan menggunakan marketing pemerintah daerah setiap produk kerai bisa tembus luar negeri," tutupnya.(edy)

Sumber: