Perjuangan Mahasiswa Milenial Lepas dari Jerat Profesi Gigolo (6)

Perjuangan Mahasiswa Milenial Lepas dari Jerat Profesi Gigolo (6)

Dari Balik Korden, Terhipnotis Liukan Tubuh Nitha yang Eksotik

Nitha menjelaskan bahwa pada kamar-kamar di dalam kamar itu memang ada pintu penghubung antarkamar yang bisa dikunci di dua sisi. Jadi, penghuni kamar sebelah tidak bisa sembarangan masuk kamar di sampingnya. Harus mengetuk. Izin. Nanang kamitenggengen melihat Nitha dengan pakaian tidurnya. Matanya tidak mudah beralih pandangan. Penjelasan Nitha hanya lewat begitu saja masuk kuping kiri dan keluar kuping kanan. “Ngerti yang Mbak katakan?” tanya Nitha membuyarkan angan-angan dan pikiran negatif Nanang. Nanang klincutan dan mengangguk sambil tersenyum. “Kalau begitu istirahatlah. Besok kita bisa melakukan aktivitas liburan kita. Kalau ada apa-apa, kontak Mbak lewat telepon itu atau ketuk pintu ini,” kata Nitha sambil menunjuk pesawat telepon di samping ranjang.” Malam itu Nanang tidak bisa tidur. Kancilen? Bukan. Tapi berpikir kuatkah dia bertahan tidak tergoda melakukan hal-hal negatif sampai kepulangan mereka ke Surabaya nanti? Begitu berat godaannya. Hem… Beragam kemungkinan yang bisa terjadi hilir mudik di benaknya. Mulai dari yang logis hingga yang tidak masuk akal. Apa saja, sampai-sampai pikiran Nanang lelah dan akhirnya terlelap. Nanang tersentak dibangunkan alarm jam tangan yang digeletakkan di meja kecil samping ranjang. Sudah pukul 03.00. Bergegas dia melakukan rutinitas sepertiga malamnya, dilanjut salat Subuh. Setelah selesai, Nanang berganti pakaian olahraga dan hendak mencari keringat seperti biasa. Ketika membuka tirai sebelum membuka pintu ke balkon, dia melihat Nitha sedang mengggelia-liat eksotis. Rupanya sedang beryoga. Nanang terpesona. Bukan hanya karena Nitha yang terlihat amat seksi dibungkus pakaian ketat sewarna kulit, melainkan juga karena liukan-liukan tubuh perempuan jelang paruh baya itu yang menawan. Setelah menyadari dirinya yang kembali terhipnotis oleh pesona Nitha, Nanang berjuang untuk menutup korden dan mulai melakukan aktivitasnya sendiri berlari-lari di tempat dan senam. Pukul 06.00 Nitha meghubungi Nanang dan minta agar bersiap-siap sarapan di kafe. “Sepuluh menit lagi kutunggu di depan pintu kamar,” kata Nitha. Seperti yang disepakati, mereka bertemu di depan pintu kamar untuk bersama-sama menuju kafe. Setelah beristirahat secekupnya, kedua pasangan yang tampak seperti bersaudara ini menelusuri destinasi-destinasi wisata di Papua Barat. Dari hotel di seputar Bandara Marinda, Nitha kali pertama mengajak Nanang ke Taman Nasional Teluk Cendrawawih. Taman laut terluas di Indonesia dengan beragam spesies ini menyita waktu mereka hingga seharian. Aktivitas yang paling Nanang nikmati dan tidak akan mudah dia lupakan adalah berenang bersama hiu paus. Dan yang mengasyikkan, bukan hanya berenang bersama hiu paus, tetapi juga berenang bersama Nitha yang sangat manja. Yang sesekali menggoda Nanang dengan menggelitik pinggangnya. Mereka menutup aktivitasnya hari itu dengan mandi air panas, yang lokasinya masih di taman laut dengan sajian berjuta pesona ini. Rencana ke destinasi wisata yang lain terpaksa ditunda karena mereka terlampau lelah. Baru pada hari kedua, ketiga, hingga hari keenam, mereka menghabiskan waktu di lokal-lokal wisata lain, seperti Pegunungan Arfak, Pagoda Sapta Ratna, Taman Burung Airmas, Pulau Matan, Danu Framu dll. Pada hari terakhir di Papua Barat, Nitha memberi kejutan yang sama sekali tidak diduga Nanang sebelumnya. Kebetulan hari itu adalah hari bersejarah Nanang. Nitha memberi kejutan yang tidak bakal bisa dilupakan Nanang sampai akhir hayat. (bersambung)       Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email [email protected]. Terima kasih  

Sumber: