Surabaya dalam Kemaslahatan Umat

Surabaya dalam Kemaslahatan Umat

Oleh Arief Sosiawan Pemimpin Redaksi Hari ini, Jumat 31 Mei 2019, tepat HUT ke-726 Kota Surabaya. Juga, pas hari ke-26 puasa Ramadan. Bertepatan pula dengan hari ke-10 pasca pengumuman  hasil pemilihan umum di negeri ini. Saat itu KPU (Komisi Pemilihan Umum) memenangkan pasangan Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia hingga 2024. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang selalu ramai dan padat acara, suasana hari jadi kota berjuluk Kota Pahlawan tahun ini terasa hambar. Masih banyak acara, namun kurang greget. Kurang semarak. Rangkaian acara peringatan HUT Kota Surabaya tahun ini sedikit kendor. Kondisi seperti ini tentu menimbulkan banyak tanya: ada apa dengan Surabaya? Ada apa dengan Bu Wali? Apa Bu Risma sudah tidak bersemangat karena tahun depan sudah tidak bisa maju kembali sebagai cawali (calon wali kota), setelah sudah dua kali menjadi wali kota? Atau ada alasan lain? Entahlah. Yang jelas, ketiadaan greget berbagai kegiatan itu membuat arek-arek Suroboyo merasakan perbedaan suasana di kota terbesar kedua negara ini setelah DKI Jakarta. Mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaann tadi, yang paling mendekati dan masuk akal adalah karena bulan ini bertepatan dengan bulan suci Ramadan. Bulan saat masyarakat memfokuskan kehidupannya untuk beribadah. Bisa jadi karena alasan itu, Bu Risma tidak mengambil kebijakan meminta jajarannya menyemarakkan peringatan hari jadi Kota Surabaya. Mungkin juga ada alasan lain, karena bulan-bulan ini bertepatan dengan pesta demokrasi: pemilihan dan pengumuman pemenang Pemilu 2019, terutama pilpresnya yang berbuntut kerusuhan. Berbeda dengan pilpres, pemilihan anggota legislatif dari tingkat kota/kabupaten, provinsi, hingga pusat tidak ada masalah berarti. Walau begitu, rasanya cukup alasan bagi Bu Risma untuk tidak fokus pada peringatan hari jadi kota pada tahun ini. Nah, dari pemikiran-pemikiran seperti itu bisa jadi benar. Buktinya, Kota Surabaya tetap jadi kota yang aman, tenteram, tenang, nyaman. Di sini tidak terjadi kerusuhan seperti yang aksi 21-22 Mei di Jakarta, setelah mereka menunjukkan sikap ketidakpercayaan atas hasil pemilu akibat ada tudingan kecurangan hingga hasilnya tidak layak diterima masyarakat. Alhasil, berbagai pertanyaan atas ketiadaan greget peringatan hari jadi Kota Surabaya tahun ini (barangkali) menunjukkan Surabaya dalam lindungan illahi hingga menjadi kota yang menomorsatukan kemaslahatan umat. Apalagi pekan depan, tepatnya pada 5 Juni 2019, rakyat Indonesia, termasuk masyarakat Kota Surabaya, merayakan Idul Fitri. Tentu kemaslahatan umatlah yang harus dikedepankan. Selamat menyambut Idul Fitri 1 Syawal 1440 H, taqobbalallahu minna wa minkum taqobbal ya karim, mohon maaf lahir batin.(*)  

Sumber: