Demo, Pemilik Tenant Cito Tolak RS Darurat Covid-19

Demo, Pemilik Tenant Cito Tolak RS Darurat Covid-19

Surabaya, memorandum.co.id - Rencana pembangunan Rumah Sakit Darurat Covid-19 di sekitar area City of Tomorrow (Cito) ditolak pemilik tenant di sana. Mereka yang mengatasnamakan P4 (Perkumpulan Penghuni Pemilik dan Pedagang) Cito ini mempertanyakan peruntukkan rumah sakit tersebut di mana akan semakin memperparah perekonomian. Terutama, para pengujung bakal tidak mau datang ke Cito Mal lagi. Seperti yang dikatakan Sekretaris P4 Cito M Yazid Mualim, bahwa pihaknya hingga saat ini belum sama sekali menerima sosialisasi dari yang mempunyai hajat dalam hal ini Pemkot Surabaya maupun Rumah Sakit Siloam terkait pembangunan RS Darurat Covid-19 tersebut. “Kami kebingungan menerima informasi dari media. Tahu-tahu ada informasi Plt Wali Kota Surabaya (Whisnu Sakti Buana, red) meninjau ke sini notabene rencananya akan membuat RS Covid-19,” jelasnya, Rabu (3/2). Tambah Yazid, yang namanya covid itukan penyakit yang tidak tahu datangnya dari mana dan siapa yang membawa. Dan penyakit ini harus kita hindari. Jalan ke Kota Surabaya saja harus perotokol kesehatan. “Jadi ini kan klaster ekonomi, klaster pusat ekonomi di mana masyaraat mencari nafkah, dan orang yang berbelanja di sini kok mau didirikan rumah sakit rujukan covid. Ya jelas, itu membuat keresahan kita sebagai penghuni, pemilik, pedagang. Rumah sakit belum dibuka saja dan informasi di pemberitaan, customer tidak berani ke sini,” tegasnya. Apalagi, tambah Yazid, ini ada rumah sakit covid, pasti berpenghuni dan yang menempati penderita covid, ya tentu saja customer pikir. “Ngapain harus belanja dengan tempat yang berjejeran dengan rumah sakit covid. Ini yang harus diperhatikan, dampak sosial, dampak ekonomi, dampak kesehatan terhadap kita sebagai penghuni dan penunjung,” ujar Yazid. Untuk itu, pihaknya menolak atas rencana pembangunan rumah sakit covid ini. “Tuntutan, kami tolak. Kemarin coba ketemu manajemen Cito, cuma manajemen tidak bisa memberikan informasi yang detail, makanya kita jadwalkan akan pertemuan atau dialog lagi. Harapan kami, P4, manajemen Cito, RS Siloam, dan pemkot bisa ada pertemuan,” pungkas Yazid. Sementara itu, Sutrisno, salah satu pemilik tenant menambahkan, bahwa izin rumah sakit (umum, red) tersebut sudah dirintis sejak 2015 namun hingga sekarang izin tersebut tidak muncul. “Tiba-tiba ada izin muncul, harusnya ada sesuatu. Dulu tidak muncul itu ada tanda tanya besar, apakah tidak sesuai dengan standar rumah sakit, berhubungan dengan lingkungan. Apalagi ini dengan Covid-19,” jelasnya. Tambah Sutrisno, bahwa tanpa adanya rumah sakit, mal ini sudah setengah mati. Apalagi dengan adanya informasi di media, turun dratis. “Klien kami pamit, karyawan saya juga banyak lebih dari 40 orang. Bagi kita ada koralasinya, dan jaminan apa yang diberikan pemkot dan manajemen terkait berapa orang yang mau datang ke sini,” pungkas Sutrisno. Sementara itu, Project Manager Rumah Sakit Siloam Cito drg Sian Tjoe mengatakan, bahwa ini jangan disalahartikan. Sebab pihaknya hanya mendukung pemerintah. “Kemenkes yang minta bantuan. Sekalian yang memberikan izin dinas kesehatan, dan pelayanan terpadu di Surabaya. Saat ini, kami masih menunggu rekomendasi dari dinas kesehatan,” jelas Sian Tjoe. Tambah Sian Tjoe, bahwa posisi rumah sakit tersebut terpisah dengan mal dan sudah dibuatkan pembatas dinding dari bata hingga atas. “Dari dulu kami siap. Saat ini sudah ada 105 bed dengan 15 ICU, karena ICU paling susah dicari. Karena memang niat baik dari pemilik, kalau boleh dikatakan, untuk membangun rumah sakit covid mahal sekali, sistem pengudaraan sangat mahal. Tetapi pemilik tetap minta untuk mendukung pemerintah,” pungkas Sian Tjoe. (fer/udi)

Sumber: